Biografi dan Pemikiran Soren Kierkegaard (1813-1855)
Soren
Kierkegaard lahir pada 5 Mei 1813 di Copenhagen, Denmark. Dia adalah anak paling muda dari tujuh
bersaudara. Terkadang dia menyebut dirinya seorang anak berumur tua karena
ibunya berusia 45 dan ayahnya berusia 56 ketika dia dilahirkan. Kierkegaard
sangat terpengaruh pada masa mudanya dengan ajaran ayahnya yang sangat relijius
yang sangat terkesan dengan penderitaan Yesus. Pada tahun 1830, Kierkegaard
belajar teologi, filsafat, dan sastra di Universitas Copenhagen. Pada tahun 1834,
ibunya meninggal, dia mulai membuat jurnal yang bertahan sampai 20 tahun. Dia
pun memutuskan bahwa dia harus mengetahui sendiri terlebih dahulu sebelum dia
dapat mengetahui apa yang harus dikerjakan dalam hidupnya. Pada tahun 1837, di
pergi dari rumahnya untuk bekerja mengajar bahasa Latin di Borgerdydskolen.
Pada tahun 1838, ayahnya meninggal. Pada tahun yang sama, Kierkegaard
menerbitkan sebuah kritik atas novel
H.C. Andersen's Kun en Spillemand, yang berjudul Af en Endnu Levender
Papierer. Pada tahun 1840, dia bertunangan dengan Regine Olsen, seorang wanita
yang dia kenal semenjak dia pergi dari rumahnya. Namun dia segera memutuskan
pertunangan tersebut, karena berkeyakinan bahwa urusan rumah tangga hanya akan
menghalanginya dalam mengemban tugasnya sebagai seorang filsuf. Maka dia
memasuki kehidupan menyendiri, dan menyibukkan diri untuk menulis dan
menerbitkan bukunya selama sepuluh tahun berikutnya.
Pada tahun 1840, Kierkegaard
menyelesaikan disertasi doktornya yang berjudul Om Begrebet Ironi (The Concept
of Irony). Buku Kierkegaard pertama yang penting adalah disertasinya, yang
diterbitkan pada 1841. Disertasinya ini, bersama-sama dengan beberapa buku
lainnya, bertentangan dengan Hegelianism, filsuf Jerman yang dominan pada masa
itu. Berlawanan dengan Hegel, Kierkegaard meyakini akan keabadian diri, dan
bahwa kehidupan manusia tidak bisa dipikirkan secara rasional sebagaimana dalam
system yang dipahami Hegel. Kierkegaard berargumen bahwa kepercayaan terhadap
Tuhan adalah perbuatan bebas dalam agama, dan bukan merupakan solusi terhadap
masalah teoretik. Banyak karya-karya Kierkegaard yang mengungkapkan minatnya
yang mendalam terhadap isu-isu agama, termasuk Frygt og BÊven: Dialectisk Lyrik
(Fear and Trembling) (1843), Kierkegaard Begrebet Angest/ (The Concept of
Dread) (1844), Purity of Heart is to Will One Thing (1847), dan Sygdomen Til
Døden (The Sickness unto Death) (1849). Kebanyakan tulisan-tulisan awal
Kierkegaard diterbitkan dengan nama samara, dan pengarang tidak perlu selalu
menyetujui satu sama lain. Pada permulaan karirnya, dia ingin menghindari untuk
berada dalam satu agama tertentu atau posisi filosofis tertentu.
Pada tahun 1843, Kierkegaard
menerbitkan Either. Dalam teks ini, dia
menulis tentang estetika dan cara kehidupan yang etis. Kehidupan estetis
berdasarkan pada kesenangan indera yang temporer, baik yang bersifat
intelektual maupun fisik. Kehidupan etis berdasarkan pada aturan moral, tak
terbatas, dan abadi. Tahun 1843 juga menandai penerbitan Fear and Trembling dan Repetition.
Fear and Trembling membahas tentang kisah Abraham dan Isaac, dimana Abraham
memutuskan untuk mengorbankan anaknya karena ketaatannya kepada perintah Tuhan.
Kierkegaard menggunakan cerita tersebut untuk berkarya melalui konflik antara
etika dan agama, terutama melihat pada paradoks agama bahwa etika akan
diabaikan jika hal itu merupakan perintah Tuhan. Kierkegaard menyatakan bahwa
Tuhan dapat menyelesaikan hal-hal yang menurut manusia mustahil, dan bahwa kita
dapat memperoleh kembali apa yang hilang dari diri kita jika kita yakin
terhadap hal-hal yang mustahil dapat kita lakukan. Karya Repetition dengan tema
serupa, dibuat berdasarkan hubungannya dengan Regine dengan menggunakan nama
Constantin Constantius untuk menggambarkan karakternya sendiri. Kierkegaard
telah memutuskan bahwa sekarang dia telah bebas, dan Regine telah menikah
dengan laki-laki lain, dan buku tersebut diakhiri dengan cerita bahwa
Constantin telah menyibukkan diri dengan membuat karya berjudul “idea. “
Pada tahun 1846, Kierkegaard
menerbitkan Afsluttende Uvidenskabelig Efterskrift (Concluding Unscientific
Postscript), sebuah kritik terhadap bangunan system filsafat. Tesis dari
karyanya ini adalah bahwa subjektivitas adalah kebenaran. Dia merasa bahwa
hakikat agama Kristen telah dikaburkan oleh gagasan Hegelian mengenai
pengetahuan objektif terhadap semangat manusia. Dia menentang system Hegelian
yang mengacaukan antara logika dan eksistensi, dengan menyatakan bahwa
eksistensi tidak dapat dijelaskan secara objektif. Dia mengemukakan rumus bahwa
subjektivitas adalah kebenaran dengan menunjukkan bahwa hubungan seseorang
dengan ketidakpastian objektivitas dalam Kristen merupakan sebuah hubungan
dengan kebenaran tertinggi yang terdapat dalam diri setiap orang. Dia melihat kondisi iman menjadi mungkin
sebagai hasil dari pembebasan ilmiah objektif. Pada 1847, Kierkegaard menulis
Works of Love, sebuah babak tentang cinta dalam berbagai bentuk, penyempurnaan
dari cinta Kristen, dan “penghinaan “terhadap Kekristenan.
Pada tahun 1848, Kierkegaard mengalami
krisis spiritual. Karyanya, semenjak krisis itu, mulai dengan terang-terangan
menyerang gereja dan kepuasan terhadap Kristen. Pada tahun 1850, dia
menerbitkan Indøvelse In Christendom (Practice in Christianity), dengan nama
samara Anti-Climacus. Dia berpendapat bahwa inilah bukunya yang paling penting,
dan dia melihat karyanya ini sebagai pengantar ulang terhadap Kekristenan.
Dengan nada yang sama, dia menerbitkan Guds Foranderlighet pada 1855 dengan
menggunakan namanya sendiri. Dia juga menulis artikel untuk sebuah jurnal The
Fatherland yang mengkritik gereja Lutheran karena telah mengklaim bahwa semua
orang yang lahir di Denmark otomatis
adalah orang Kristen. Artikel-artikel
ini dikompilasi dengan judul Hvad
Christus Dømmer Om Officiel Christendom (Attack Upon “Christendom “). Ketika
dia sedang menulis artikel yang berjudul Attack Upon Christendom tersebut,
Kierkegaard diserang penyakit tulang belakang. Dia meninggal sebulan setelah
didiagnosis menderita penyakit tersebut pada 11 November 11 1855.
Perlawanan Kierkegaard dalam menciptakan semua system
pemikiran memberikan sumbangan bagi kekayaan dan keanekaragaman filsafat dan
sastra abad dua puluh. Jaspers, Heidegger dan
Sartre sangat terpengaruh oleh karyanya, dan eksistensialisme sangat
berutang budi pada pemikiran Kierkegaard, berdasarkan pemikirannya tentang
kebebasan dan kecemasan. Meskipun dia
tidak banyak menulis tentang politik, para penganut Marxist seperti Marcuse dan
Lukacs sangat tertarik dengan tulisan Kierkegaard. Dia juga mempengaruhi studi
teologi, terutama karya Karl Barth, dan
dia dikagumi karena inovasinya di bidang sastra.
No comments:
Post a Comment