FILSAFAT AGAMA AGUSTINUS
(354-430)
Santo Agustinus dilahirkan pada
tanggal 13 November 354 di Tegaste, Algeria, Afrika Utara. Agustinus lahir
sekitar enam puluh mil dari kota Hippo di Afrika Utara (di tepi pantai yang
sekarang disebut Aljazair).
Ayahnya bernama Patristius, seorang kafir. Ibunya Santo
Monika, seorang Kristen yang saleh. Dia mendapat didikan Kristen dari ibunya.
Sesudah itu ia membuang keyakinan Kristennya. Tatkala berumur sebelas tahun, ia
dikirim ke sekolah Madaurus, suatu sekolah tempat orang kafir, atau sebutlah
lingkungan kafir. Lingkungan itu mempengaruhi perkembangan moral dan agamanya
sementara ibunya mendoakan agar anaknya menerima ajaran Kristen. Pendidikan dan
karier awalnya ditempuhnya dalam filsafat dan retorika, seni persuasi dan
bicara di depan publik. Ia mengajar di Tagaste dan Karthago, namun ia ingin
pergi ke Roma karena yakin bahwa di sanalah para ahli retorika yang terbaik dan
paling cerdas berlatih (belakangan ia menyadari bahwa orang-orang di Roma
menolak untuk membiayainya).
Agustinus
melahirkan karya-karya, terutama Confessions
dan City of God, yang menjadi karya
klasik dalam filsafat agama dan doktrin Kristen. Confessions (397-398)
merupakan otobiografi setelah 13 jilid yang menguraikan evolusi filsafat agama
Agustinus. Dia menuliskan penyesalannya atas kehidupannya yang penuh dosa,
tumbuhnya kesadaran tentang keburukan astrologi dan Manikaeisme, masuk
Kristennya dia, dan pemahaman tentang arti penting moralitas seksual. Sedangkan
buku City of God (413-427) dibagi ke
dalam 22 buku. Sepuluh buku pertama menentang keyakinan pada agama-agama dan
filsafat selain Kristiani. Sebanyak 12 buku lainnya menceritakan kembali
sejarah manusia dari kelahiran sampai turunnya Wahyu dalam konflik antara apa
yang dia sebut City of God (mereka yang hidup sesuai dengan nilai-nilai
Kristiani) dan City of Man (mereka yang menyimpang dari City of God)
Inti filsafat Agustinus adalah keyakinan bahwa
hanya melalui iman kearifan dapat diperoleh. Dia melihat filsafat dan agama
sebagai pencarian atas hal yang sama, yakni kebenaran, tetapi yang disebut
pertama lebih rendah daripada yang disebut terakhir. Filsuf tanpa agama tidak
akan pernah mencapai kebenaran tertinggi. Meskipun nalar saja dapat mencapai
sebagian kebenaran, menurut Agustinus pemikiran rasional harus melayani agama.
Salah satu teks
Agustinus, yang dikutip dari Isaiah, menyatakan bahwa “kecuali jika engkau
percaya, engkau tidak akan memahami.” Orang harus percaya untuk dapat
memperoleh pemahaman. Doktrin Agustinus ini tidak semata-mata mengikuti doktrin
Kristiani. Memang, di masa mudanya dia mencela agama, setelah mendapati bahwa
kitab suci secara intelektual tidak memuaskan. Setelah memeluk Kristen pada
awal usia tiga puluhan, dia ingin menunjukkan bagaimana nalar dapat membuktikan
ajaran-ajaran agama. Ini adalah ide yang mendasari filsafatnya.
Pandangan Augustinus tentang
pengetahuan termasuk salah satu tema sentral dalam seluruh pemikirannya. Sperti Plato, ia berpendapat,
bahwa tugas manusia ialah memahami gejala kenyataan yang selalu berubah. Ia memperjelas perbedaan penginderaan yang
memberikan kepada kita pandangan yang semu tentang suatu objek dengan suatu
pengertian tentang kebenaran hakiki
atau abadi yaitu kebenaran yang berada di luar pengamatan
inderawi. Pengetahuan tentang objek melalui pancaindera adalah pengetahuan yang
semu, tidak akurat dan tidak pasti. Ada dua alasan yang mendasari pandangan
Augustinus tersebut, yaitu: Pertama, objek yang diamati oleh pancaindera selalu
berubah-ubah, sehingga esensi dari objek tersebut tidak dapat diamati oleh
pancaindera. Misalnya, mata hanya dapat melihat pakaian yang selalu dipakai
oleh manusia, tetapi mata tidak dapat memberikan kepada kita tentang hakekat
dari baju itu kepada kita, misalnya apa itu? Kedua, pancaindera selalu
berubah-ubah, misalnya selera makan yang berbeda antara si A dan si B tentang
makanan yang mereka makan. Karena itu menurut Augustinus, keberadaan
pancaindera harus diterima sejauh tampak pada objek.
No comments:
Post a Comment