Biografi Abdoel Moeis
Abdoel Moeis adalah pahlawan
nasional Indonesia yang lahir di Sumatera Barat pada
tanggal 3 Juli 1883. Abdul Moeis merupakan anak dari seorang demang bernama
Datuk Tumangguang Sutan Sulaiman. Karena termasuk anak maka Abdul Moeis bisa
bersekolah di sekolah Belanda. Ia berhasil lulus di sekolah Europeesche Lagere School (ELS) dan Hogere Burger School (HBS). Setelah itu,
ia merantau ke Batavia (Jakarta) untuk melanjutkan studinya ke School tot Opleiding van Indische Artsen
(STOVIA), namun tidak lulus.
Di Batavia, Abdul Muis pernah menjadi juru tulis untuk
Pemerintah Belanda selama dua tahun (1903-1905). Setelah itu ia pindah ke
Bandung dan menjadi wartawan di majalah Bintang Hindiasampai tahun 1912.
Setelah itu ia bergabung dengan surat kabar Belanda Preanger Bodesebagai
korektor dan diangkat menjadi korektor kepala. Namun karena merasakan
ketidakadilan terhadap kaum pribumi, Abdoel Moeis kemudian terjun ke bidang
politik dan bergabung dengan organisasiSarekat Islam (SI) pada tahun 1913.
Setelah itu Abdoel Moes gencar melawan pemerintah kolonial
dengan menulis beberapa artikel yang mengkritik Pemerintahan Hindia Belanda.
Bersama organisasinya ia menuntut kemerdekaan untuk bangsa pribumi. Bahkan,
saat kongres Sarekat Islam pada tahun 1916, Abdoel Moesi menganjurkan agar SI menempuh
cara kekerasan untuk menghadapipemerintahjika cara lunak tidak berhasil. Ia
juga aktif berkeliling ke nusantara antara lain Sulawesi, Yogyakarta, Sumatera
Barat untuk menghimpun dan mempengaruhi rakyat supaya melawan pemerintah
kolonial.
Karena khawatir akhirnya pemerintah kolonial menangkao Abdoel
Moeis dan diasingkan ke Garut Jawa Barat. Ia dilarang terlibat dalam urusan
politik. Di tempat pengasingan, ia masih memperjuangkan kaum pribumi sampai
akhirnya Indonesia berhasil memperoleh kemerdekaan. Paska kemerdekaan, Abdoel
Moeis tetap aktif dalam politik dengan mendirikan Persatuan Perjuangan Priangan
ang fokus pada pembangunan di Jawa Barat dan masyarakat Sunda.
Abdoel Moeis meninggal dunia pada tanggal 17 Juni 1959 di
usia 75 tahun dan dimakamkan di taman makam pahlawan Cikutra Bandung. Dua bulan
kemudian tepatnya tanggal 30 Agustus 1959, Presiden Soekarno memberinya gelar Pahlawan
Kemerdekaan Nasionalmelalui Keppres No. 218 Tahun 1959.
No comments:
Post a Comment