SUNAN BONANG
(Raden Mahdum Ibrahim)
Raden Mahdum Ibrahim adalah putra Sunan Ampel atau Raden Ali Rahmat yang
menikah dengan Dewi Candrawulan dari Majapahit. Sekembalinya dari belajar di
Pasai dan Mekah bersama Raden Paku, oleh ayahnya dianjurkan untuk tinggal di
Tuban. Dan oleh karena di Tuban dan sekitarnya rakyat menyukai kesenian, maka
beliau pun dianjurkan menggunakan gamelan sebagai daya tariknya. Kebetulan
sekali, Raden Mahdum pandai sekali memainkan bonang, di samping melantunkan
tembang-tembang. Dalam tembang-tembangnya itulah sebenarnya terkandung
dakwah-dakwahnya. Dan karena keahliannya itu pulalah maka di belakang hari
mendapat julukan sebagai Sunan Bonang.
Pesantren Tuban pun jadi sangat terkenal. Banyak santri-santrinya yang
berasal dari luar Jawa. tetapi terutama datang dari kota-kota di Jawa dan
Madura. Kendatipun demikian, beliau masih sering juga bepergian ke
tempat-tempat yang jauh. Bahkan meninggalnya pun juga tidak di Tuban, melainkan
di Pulau Bawean pada saat berdakwah di sana. Meskipun demikian, jenazahnya
dibawa kembali ke Jawa, dan dimakamkan di Tuban, ya makam yang sekarang banyak
diziarahi orang itu. Namun, barangkali karena kematiannya di sanaa itulah maka
orang-orang Bawean tetap percaya bahwa makam Sunan Bonang ada di Bawean.
Keahlian beliau memainkan bonang serta menembang itu, sampai akhirnya
melegenda. Konon dulu pernah ada segerombolan penjahat yang akan melakukan
kejahatan, namun demi mendengar irama tembang dan bonangnya itu, mendadak
mereka tak sanggup meneruskan niatnya. Akhirnya mereka datang menemui Sunan
Bonang dan bertobat kepadanya.
Sunan Bonang yang juga ahli ilmu tauchid dan tasawuf ini, lahir tahun
1465 dan wafat tahun 1525. Salah satu tembang ciptaannya yang sampai sekarang
masih sering ditembangkan adalah durmo.
Sebagaimana juga ayahnya, Sunan Ampel, beliau pun menjadi pendukung Kesultanan
Demak-Bintoro. Dan dari beliau pulalah Raden Patah banyak menerima pelajaran
agama sehingga Demak menjadi kerajaan Islam.
Ringkasnya, perjuangan Sunan Bonang adalah menanamkan pengaruh Islam,
dengan jalan memberikan didikan kepada Raden Patah, putra Raja Brawijaya V.
Selanjutnya memberikan dukungan kepada Demak sebagai negara Islam yang pertama
di Jawa. Langkah politiknya ini berhasil. Raden Patah menjadi Rajanya. Namun
sayang cita-citanya untuk menjadikan Demak sebagai pusatnya Islam tidak
berhasil.
No comments:
Post a Comment