Hannibal Barca
Pemimpin Perang Terhebat
Sepanjang Sejarah
Dia
adalah seorang pemimpin di Perang Punic yang juga seorang politisi handal dan
disebut sebagai pemimpin perang terhebat sepanjang sejarah.
Hannibal Barca hidup di tahun-tahun
di mana Romawi membangun kekuatannya dan berhadapan dengan bangsa-bangsa seperti
Kartago, Macedonia, Syracuse dan kerajaan Seleucid. Dia adalah salah satu
pemimpin Kartago yang paling terkenal. Oleh seorang ahli sejarah militer
Theodore Ayrault Dodge, Hannibal disebut sebagai “bapak dari strategi”. Hal itu
dikarenakan musuh terbesarnya, Romawi juga mengadopsi beberapa taktik yang
digunakan Hannibal.
Dia juga disebut sebagai pemberi
inspirasi taktik bagi orang-orang terkenal di Eropa lainnya yang tentu saja
hidupnya jauh sesudah Hannibal. Orang itu salah satunya adalah Napoleon
Bonaparte yang kemudian menyebut juga Hannibal sebagai “pemberi strategi.”
Kemenangan Hannibal dari
Kartago dalam Perang Punic II
Pada tahun 219 SM Romawi menfokuskan militernya untuk
melawan bangsa Kartago yang terus-menerus mengganggu koloni Romawi di Spanyol.
Saat itu, jenderal perang Kartagosudah dipegang oleh Hannibal dan dia pada
waktu itu berumur sekitar 28 tahun. Sebelum bangsa Romawi menyerang pasukan
Kartago, Hannibal sudah memerintahakan pasukannya untuk menyelinap dan
menyerang Romawi dari wilayah pegunungan Alpen. Jalan di pegunungan Alpen ini
terkenal berbahaya, dan pasukan Hannibal yang semula berjumlah 40. 000 menyusut
menjadi 20.000 pasukan dengan 6000 kavaleri dan 38 gajah.
Kedatangan pasukan Hannibal ini tidak diduga oleh
pasukan Romawi karena para pemimpin Romawi tidak menyangka Hannibal akan
mengambil jalan yang berbahaya itu sehingga diwilayah itu penjagaan diwilyah
itu memang yang terlemah pada pasukan Romawi. Hasilnya adalah kemenangan mutlak
bagi Hannibal.
Romawi mengetahui bahwa pasukan
Kartago berkurang sangat banyak saat melakukan serangan itu. Hal ini kemudian dimanfaatkan
oleh Romawi dengan mengirimkan pasukan yang berkekuatan hampir sebesar 500.000
orang pasukan. Pasukan ini adalah pasukan yang sangat kuat dan disiplin.
Sebagian besar dari mereka adalah pasukan Romawi yang pernah mengalahkan
Kartago dalam Perang Punic I.
Keaadan itu juga diketahui oleh
Hannibal yang sedang mengalami krisis pasukan. Sehingga Hannibal mengambil
taktik untuk tidak bertempur secara langsung dengan pasukan Romawi yang dipimpin
oleh Konsul Sempronius Longus. Setelah terjadi beberapa pertempuran kecil,
akhirnya sebuah pasukan besar Romawi bersiap-siap bertempur langsung dengan
pasukan Kartago di dekat sungai Trebia.
Hannibal yang tidak mau bertempur langsung dengan
Sempronius melakukan taktik yang unik. Kavaleri ringannya dikerahkan
menyeberangi sungai seolah- olah ingin menyerang namun setelah itu mundur
kembali. Hal ini dilakukan oleh Hannibal berulang kali sehingga Sempronius
terbakar emosinya dan memutuskan untuk melakukan pengejaran. Sempronius membawa
keseluruhan pasukannya menyeberangi sungai Trebia dan akhirnya kedua pasukan
bertemu persis di sebelah barat sungai.
Keunggulan memang terlihat di awal pertempuran untuk
pasukan Romawi, namun setelah itu pasukan Romawi mengalami kekalahan yang
memalukan. Hal itu karena Hannibal sudah merancang strategi yang jitu. Kemenangan
yang terlihat di awal pertempuran itu sirna setelah pasukan Hannibal melepaskan
gajah yang mengamuk di tengah-tengah pasukan Romawi. Pasukan Romawi yang
terdiri dari suku Gallic buyar melihat binatang-binatang besar itu mengamuk di
medan perang. Keadaan itu ditambah dengan kemunculan secara tiba-tiba pasukan
kavaleri Kartago dari balik hutan yang jumlahnya sekitar 2000 pasukan. Kepungan
dari pasukan Hannibal ini membuat banyak
pasukan Romawi yang tewas dan tenggelam di kedinginan sungai Trebia.
Kekalahan ini membuat Romawi bersiap-siap untuk
menghadapi gempuran dari Hannibal dan kemudian menyiapkan Legiun (pasukan
infanteri berat) Romawi. Namun kecerdikan Hannibal bisa menghancurkan sebuah
pasukan di dekat Danau Trasimene. Akhirnya pemerintah pusat Romawi menunjuk
seorang diktator yang bernama Fabius Maximus untuk memimpin pasukan Romawi. Maximus
memilih untuk tidak melakukan pertempuran langsung. Ia hanya menempatkan
pasukannya di wilayah pegunungan dimana pasukan Kartago tidak akan berani
menyerang. Ia juga hanya melakukan taktik gerilya mengingat masih rapuhnya
mental pasukan Romawi terhadap kekalahan dari pasukan Kartago.
Taktik Maximus memang efektif, namun kebanyakan warga
Romawi tidak puas. Mereka menganggap taktik itu memalukan reputasi Romawi sebagai
bangsa yang kuat. Ketidakpuasan ini dimanfaatkan oleh Hannibal dengan menyerang
desa atau kota-kota Romawi. Hannibal sengaja tidak merusak harta benda milik
keluarga Maximus. Hal ini semakin mengundang kecurigaan warga Romawi terhadap
taktik Maximus.
Setelah menghancurkan Apulia, Hannibal memasuki daerah
Campania. Fabius yang mengenal baik wilayah itu memutuskan untuk menjebak
Hannibal. Dalam pengamatannya, Fabius melihat bahwa Hannibal tidak pernah
memilih jalan keluar sama dengan jalan masuk. Walaupun begitu, Fabius tetap
menempatkan pasukan yang besar di sekitar Allifae, tempat dimana Hannibal masuk
ke Campania. Sementara pasukan Romawi lainnya disebar ke celah-celah yang
mungkin akan dilalui oleh Hannibal. Fabius menutup jalur keluar pasukan Hannibal.
Ia berpikir ketika pasukan Hannibal kehabisan makanan, mereka akan berusaha
menerobos.
Pada suatu malam, pasukan Romawi yang menjaga wilayah
Allifae melihat pemandangan yang menciutkan nyali mereka. Sebuah pasukan yang
luar biasa besar, yang tampak dari puluhan ribu obornya, menuju ke arah pasukan
Romawi. Pasukan tersebut bergerak cepat diiringi dengan teriakan-teriakan aneh
seperti sedang dirasuki setan. Pasukan Romawi yang tidak menyangka bahwa
kekuatan pasukan Hannibal demikian besar memutuskan lari meninggalkan pos
pertahanan mereka tanpa bertempur sedikit pun. Pasukan Hannibal pun berhasil
keluar dari kepungan pasukan Maximus.
Pertempuran Cannae: Kekalahan
yang Paling memalukan Romawi.
Kekalahan itu terjadi di Cannae dan terkenal sebagai
pertempuran Cannae (tak jauh dari wilayah yang sekarang bernama Bari). Maximus
yang gagal akhirnya digantikan oleh Konsul Terentius Varro untuk membalas
kekalahan Maximus di Allifae. Pasukan Romawi pun mulai bergerak ke Cannae
dimana di tempat itu pasukan Hannibal sedang berkemah. Pertempuran bersejarah
Cannae pun dimulai.
Seperti biasa, pasukan Romawi di awal perang menguasai
jalannya pertempuran. Barisan tengah pasukan Hannibal sangat lemah dan sangat
mudah dikalahkan. Varro pun mengarahkan seluruh kekuatan Romawi menggempur
barisan tengah pasukan Hannibal. Serbuan ini menyebabkan barisan pasukan
Hannibal melengkung seperti busur panah sehingga pasukan Romawi seperti
menumpuk di tengah. Inilah yang diinginkan oleh Hannibal, ia segera melepas
ujung luar pasukannya yang terdiri dari pasukan gajah dan berkuda Afrika
menghimpit pasukan Romawi. Situasi berubah menjadi ladang pembantaian pasukan
Romawi. Pertempuran Cannae tercatat sebagai sejarah kekalahan Romawi paling
menghancurkan dan memalukan.
Akhir dari Hannibal
Pertempuran Zama adalah akhir dari kejayaan Hannibal
dan bangsa Kartago. Dalam pertempuran tersebut, pasukan Kartago berhasil
dikalahkan oleh pasukan Romawi di bawah pimpinan Jenderal Scipio Africanus. Kekalahan
itu memaksa Senat Kartago untuk mengirim Hannibal ke pengasingan. Selama
pengasingan ini, dia tinggal di Istana Seleucid, dimana dia bertindak sebagai
penasihat militer Antiochus III saat perangnya melawan Romawi. Karena
kekalahannya di pertarungan maritim, Hannibal melarikan diri lagi, kali ini ke
Istana Bithynian. Ketika Romawi meminta dia menyerah, Hannibal memilih
mengakhiri hidupnya dengan minum racun. Kematiannya diperkirakan terjadi
sekitar tahun 183 SM di desa Bithynian, Libyssa (sekarang masuk wilayah
Maroko).
Ekspedisi Hannibal di Romawi sendiri berlangsung
sekitar 6 tahun. Selama itu ia tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah
pusat Kartago dan hanya mengandalkan suplai dari wilayah-wilayah Roma yang
berhasil direbutnya. Walaupun akhirnya Hannibal tidak pernah berhasil
menghancurkan Romawi, ia dan pasukannya telah meraih reputasi mengerikan.
Walaupun memiliki pasukan dan persediaan yang melimpah, pasukan Romawi selalu
berusaha menghindar melakukan pertempuran langsung dengan Hannibal.
No comments:
Post a Comment