• GOEDANG BIOGRAFI

    Saturday, May 7, 2016

    Hannibal Barca, Pemimpin Perang Terhebat Sepanjang Sejarah



    Hannibal Barca
    Pemimpin Perang Terhebat Sepanjang Sejarah

                Dia adalah seorang pemimpin di Perang Punic yang juga seorang politisi handal dan disebut sebagai pemimpin perang terhebat sepanjang sejarah.
               
                Hannibal Barca hidup di tahun-tahun di mana Romawi membangun kekuatannya dan berhadapan dengan bangsa-bangsa seperti Kartago, Macedonia, Syracuse dan kerajaan Seleucid. Dia adalah salah satu pemimpin Kartago yang paling terkenal. Oleh seorang ahli sejarah militer Theodore Ayrault Dodge, Hannibal disebut sebagai “bapak dari strategi”. Hal itu dikarenakan musuh terbesarnya, Romawi juga mengadopsi beberapa taktik yang digunakan Hannibal.
                Dia juga disebut sebagai pemberi inspirasi taktik bagi orang-orang terkenal di Eropa lainnya yang tentu saja hidupnya jauh sesudah Hannibal. Orang itu salah satunya adalah Napoleon Bonaparte yang kemudian menyebut juga Hannibal sebagai “pemberi strategi.”

    Kemenangan Hannibal dari Kartago dalam Perang Punic II
    Pada tahun 219 SM Romawi menfokuskan militernya untuk melawan bangsa Kartago yang terus-menerus mengganggu koloni Romawi di Spanyol. Saat itu, jenderal perang Kartagosudah dipegang oleh Hannibal dan dia pada waktu itu berumur sekitar 28 tahun. Sebelum bangsa Romawi menyerang pasukan Kartago, Hannibal sudah memerintahakan pasukannya untuk menyelinap dan menyerang Romawi dari wilayah pegunungan Alpen. Jalan di pegunungan Alpen ini terkenal berbahaya, dan pasukan Hannibal yang semula berjumlah 40. 000 menyusut menjadi 20.000 pasukan dengan 6000 kavaleri dan 38 gajah.
    Kedatangan pasukan Hannibal ini tidak diduga oleh pasukan Romawi karena para pemimpin Romawi tidak menyangka Hannibal akan mengambil jalan yang berbahaya itu sehingga diwilayah itu penjagaan diwilyah itu memang yang terlemah pada pasukan Romawi. Hasilnya adalah kemenangan mutlak bagi Hannibal.
                Romawi mengetahui bahwa pasukan Kartago berkurang sangat banyak saat melakukan serangan itu. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh Romawi dengan mengirimkan pasukan yang berkekuatan hampir sebesar 500.000 orang pasukan. Pasukan ini adalah pasukan yang sangat kuat dan disiplin. Sebagian besar dari mereka adalah pasukan Romawi yang pernah mengalahkan Kartago dalam Perang Punic I.
                Keaadan itu juga diketahui oleh Hannibal yang sedang mengalami krisis pasukan. Sehingga Hannibal mengambil taktik untuk tidak bertempur secara langsung dengan pasukan Romawi yang dipimpin oleh Konsul Sempronius Longus. Setelah terjadi beberapa pertempuran kecil, akhirnya sebuah pasukan besar Romawi bersiap-siap bertempur langsung dengan pasukan Kartago di dekat sungai Trebia.
    Hannibal yang tidak mau bertempur langsung dengan Sempronius melakukan taktik yang unik. Kavaleri ringannya dikerahkan menyeberangi sungai seolah- olah ingin menyerang namun setelah itu mundur kembali. Hal ini dilakukan oleh Hannibal berulang kali sehingga Sempronius terbakar emosinya dan memutuskan untuk melakukan pengejaran. Sempronius membawa keseluruhan pasukannya menyeberangi sungai Trebia dan akhirnya kedua pasukan bertemu persis di sebelah barat sungai.
    Keunggulan memang terlihat di awal pertempuran untuk pasukan Romawi, namun setelah itu pasukan Romawi mengalami kekalahan yang memalukan. Hal itu karena Hannibal sudah merancang strategi yang jitu. Kemenangan yang terlihat di awal pertempuran itu sirna setelah pasukan Hannibal melepaskan gajah yang mengamuk di tengah-tengah pasukan Romawi. Pasukan Romawi yang terdiri dari suku Gallic buyar melihat binatang-binatang besar itu mengamuk di medan perang. Keadaan itu ditambah dengan kemunculan secara tiba-tiba pasukan kavaleri Kartago dari balik hutan yang jumlahnya sekitar 2000 pasukan. Kepungan dari pasukan Hannibal  ini membuat banyak pasukan Romawi yang tewas dan tenggelam di kedinginan sungai Trebia.
    Kekalahan ini membuat Romawi bersiap-siap untuk menghadapi gempuran dari Hannibal dan kemudian menyiapkan Legiun (pasukan infanteri berat) Romawi. Namun kecerdikan Hannibal bisa menghancurkan sebuah pasukan di dekat Danau Trasimene. Akhirnya pemerintah pusat Romawi menunjuk seorang diktator yang bernama Fabius Maximus untuk memimpin pasukan Romawi. Maximus memilih untuk tidak melakukan pertempuran langsung. Ia hanya menempatkan pasukannya di wilayah pegunungan dimana pasukan Kartago tidak akan berani menyerang. Ia juga hanya melakukan taktik gerilya mengingat masih rapuhnya mental pasukan Romawi terhadap kekalahan dari pasukan Kartago.
    Taktik Maximus memang efektif, namun kebanyakan warga Romawi tidak puas. Mereka menganggap taktik itu memalukan reputasi Romawi sebagai bangsa yang kuat. Ketidakpuasan ini dimanfaatkan oleh Hannibal dengan menyerang desa atau kota-kota Romawi. Hannibal sengaja tidak merusak harta benda milik keluarga Maximus. Hal ini semakin mengundang kecurigaan warga Romawi terhadap taktik Maximus.
    Setelah menghancurkan Apulia, Hannibal memasuki daerah Campania. Fabius yang mengenal baik wilayah itu memutuskan untuk menjebak Hannibal. Dalam pengamatannya, Fabius melihat bahwa Hannibal tidak pernah memilih jalan keluar sama dengan jalan masuk. Walaupun begitu, Fabius tetap menempatkan pasukan yang besar di sekitar Allifae, tempat dimana Hannibal masuk ke Campania. Sementara pasukan Romawi lainnya disebar ke celah-celah yang mungkin akan dilalui oleh Hannibal. Fabius menutup jalur keluar pasukan Hannibal. Ia berpikir ketika pasukan Hannibal kehabisan makanan, mereka akan berusaha menerobos.
    Pada suatu malam, pasukan Romawi yang menjaga wilayah Allifae melihat pemandangan yang menciutkan nyali mereka. Sebuah pasukan yang luar biasa besar, yang tampak dari puluhan ribu obornya, menuju ke arah pasukan Romawi. Pasukan tersebut bergerak cepat diiringi dengan teriakan-teriakan aneh seperti sedang dirasuki setan. Pasukan Romawi yang tidak menyangka bahwa kekuatan pasukan Hannibal demikian besar memutuskan lari meninggalkan pos pertahanan mereka tanpa bertempur sedikit pun. Pasukan Hannibal pun berhasil keluar dari kepungan pasukan Maximus.

    Pertempuran Cannae: Kekalahan yang Paling memalukan Romawi.
    Kekalahan itu terjadi di Cannae dan terkenal sebagai pertempuran Cannae (tak jauh dari wilayah yang sekarang bernama Bari). Maximus yang gagal akhirnya digantikan oleh Konsul Terentius Varro untuk membalas kekalahan Maximus di Allifae. Pasukan Romawi pun mulai bergerak ke Cannae dimana di tempat itu pasukan Hannibal sedang berkemah. Pertempuran bersejarah Cannae pun dimulai.
    Seperti biasa, pasukan Romawi di awal perang menguasai jalannya pertempuran. Barisan tengah pasukan Hannibal sangat lemah dan sangat mudah dikalahkan. Varro pun mengarahkan seluruh kekuatan Romawi menggempur barisan tengah pasukan Hannibal. Serbuan ini menyebabkan barisan pasukan Hannibal melengkung seperti busur panah sehingga pasukan Romawi seperti menumpuk di tengah. Inilah yang diinginkan oleh Hannibal, ia segera melepas ujung luar pasukannya yang terdiri dari pasukan gajah dan berkuda Afrika menghimpit pasukan Romawi. Situasi berubah menjadi ladang pembantaian pasukan Romawi. Pertempuran Cannae tercatat sebagai sejarah kekalahan Romawi paling menghancurkan dan memalukan.

    Akhir dari Hannibal
    Pertempuran Zama adalah akhir dari kejayaan Hannibal dan bangsa Kartago. Dalam pertempuran tersebut, pasukan Kartago berhasil dikalahkan oleh pasukan Romawi di bawah pimpinan Jenderal Scipio Africanus. Kekalahan itu memaksa Senat Kartago untuk mengirim Hannibal ke pengasingan. Selama pengasingan ini, dia tinggal di Istana Seleucid, dimana dia bertindak sebagai penasihat militer Antiochus III saat perangnya melawan Romawi. Karena kekalahannya di pertarungan maritim, Hannibal melarikan diri lagi, kali ini ke Istana Bithynian. Ketika Romawi meminta dia menyerah, Hannibal memilih mengakhiri hidupnya dengan minum racun. Kematiannya diperkirakan terjadi sekitar tahun 183 SM di desa Bithynian, Libyssa (sekarang masuk wilayah Maroko).
    Ekspedisi Hannibal di Romawi sendiri berlangsung sekitar 6 tahun. Selama itu ia tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah pusat Kartago dan hanya mengandalkan suplai dari wilayah-wilayah Roma yang berhasil direbutnya. Walaupun akhirnya Hannibal tidak pernah berhasil menghancurkan Romawi, ia dan pasukannya telah meraih reputasi mengerikan. Walaupun memiliki pasukan dan persediaan yang melimpah, pasukan Romawi selalu berusaha menghindar melakukan pertempuran langsung dengan Hannibal.

    No comments:

    Post a Comment

    Most Popular

    Featured Post

    Kisah Cinta Habibie-Ainun

    Nama lengkapnya adalah Hasri Ainun Besari, namun kemudian lebih dikenal sebagai Ainun Habibie. Dia adalah perempuan yang selalu ada d...

    Fashion

    Beauty

    Travel