• GOEDANG BIOGRAFI

    Monday, May 9, 2016

    Biografi Ibn al-Nafis



    Ibn al-Nafis
     
    Ala-al-din abu Al-Hassan Ali ibn Abi-Hazm al-Qarshi al-Dimashqi yang biasa dipanggil sebagai Ibn al-Nafis adalah dokter Arab yang secara luas terkenal karena menjadi orang pertama di dunia yang menggambarkan tentang sirkulasi darah dalam paru-paru.

    A.       Riwayat Hidup dan Pendidikannya
    Ibn al-Nafis  lahir di Damaskus pada tahun 1213 M. Namun tidak ditemukan penjelasan tentang di Damaskus daerah mana ia lahir dan dari keluarga siapa. Hanya dikatakan bahwa ia belajar di Perguruan Tinggi Medis Bimaristan an-Noori Damaskus. Juga tidak ditemukan siapa saja yang menjadi guru Ibn al-Nafis  di perguruan itu. Tetapi, sana Ibn al-Nafis belajar tentang kedokteran dan ilmu obat. Tetapi dalam sejarah keilmuannya Ibn al-Nafis  tidak hanya terkenal sebagai dokter semata. Ia juga dianggap ahli dalam ilmu hukum, sastra dan teologi. Kelak ia dianggap sebagai salah seorang ahli dalam fiqih Syafi’iah dan dokter kenamaan.
    Pada tahun 1236 M, Al-Nafis pindah ke Mesir. Di sana ia bekerja di Rumah Sakit Al-Nassri. Tidak lama kemudian ia pindah bekerja di Rumah Sakit Al-Mansouri, di mana ia diangkat menjadi menjadi kepala dokter. Selain di rumah sakit itu, Ibn al-Nafis juga membuka praktik pengobatan secara pribadi di klinik kecil di rumahnya. Di rumah sakit itu dan di rumahnya inilah Ibn al-Nafis mengadakan beragam penelitian sedemikian sehingga banyak hal dari hasilnya dimanfaatkan oleh para dokter setelahnya dan dijadikan panduan belajar oleh para ahli kesehatan baik di Timur sendiri maupun kelak di Barat.
    Ibn al-Nafis  meninggal pada 1288 M. Tidak ada penjelasan apakah ia meninggal di Mesir atau di Damaskus. Tetapi lebih banyak orang percaya bahwa ia meninggal di Mesir, karena sebelum meninggal, Ibn al-Nafis  mewasiatkan agar rumahnya, perpustakaan dan klinik pribadinya yang digunakan selama ia hidup di Mesir supaya disumbangkan kepada Rumah Sakit Mansuriya.

    B.        Pemikiran dan Hasil Penelitiannya
    Pada abad ke-17 atau abad ke-18, karya medis Ibn al-Nafis disalin dan dibukukan di India. Yang paling terkenal di antara karyanya adalah buku Al-Shamil fi al-Tibb, sebuah buku yang direncanakan untuk menjadi sebuah karya ensiklopedia. Buku itu terdiri dari 300 volume. Rencana untuk membuatnya sebagai ensiklopedia tidak kesampaian, karena sebelum buku itu rampung dituliskan, Ibn al-Nafis  telah menghembuskan nafas terakhirnya. Naskah Al-Shamil fi al-Tibb kini ada di Damaskus.
    Jika Al-Shamil fi al-Tibb merupakan sebuah ensiklopedia, Mujaz al-Qanun (Ringkasan Hukum) yang menjelaskan seluk beluk oftalmologi (penyakit mata) adalah buku ringkasan hasil penelitiannya yang darinya Ibn al-Nafis dikenal sebagai salah seorang dokter yang berkontribusi besar terhadap oftalmologi. Kontribusi besar Ibn al-Nafis lainnya terdapat dalam Kitab al-Mkhtar fi al-Aghdhiya. Buku itu jua merangkum hasil penelitian Ibn al-Nafis seputar efek diet terhadap kesehatan tubuh.
    Selain kitab-kitab yang murni merangkum pemikiran dan hasil penelitiannya tersebut, Ibn al-Nafis juga menerbitkan beberapa risalah yang berisi komentar-komentarnya terhadap buku Hippocrates, buku Ibn Sina dan buku Hunayn Ibn Ishaq tentang beragam topik dari ilmu hukum dan kedokteran. Menariknya, rupanya Ibn al-Nafis tidak hanya menerbitkan buku-buku ilmiah. Ia juga menulis sebuah prosa yang berjudul Al-Risalah al-Kamiliyyah fil Siera al-Nabawiyyah yang diterjemahkan di Barat dengan judul Theologus Autodidactus. Para peneliti karya itu berpendapat bahwa Ibn al-Nafis  merupakan pengarang fiksi ilmiah pertama di dunia. Prosa itu juga dianggap membawa perspektif teologi baru.
    Pada tahun 1924, seorang dokter dari Mesir, Muhyi Al-Din Altawi, menemukan naskah Ibn al-Nafis  yang berjudul Commentary on Anatomi for Avicenna Canon di Perpustaaan Prusia Berlin Jerman saat ia mempelajari sejarah kedokteran Arab di Fakultas Kedokteran Universitas Albert Ludwig Jerman. Isi naskah itu mencakup topik anatomi, patologi dan fisiologi paru-paru yang diulas secara rinci. Hal ini menandai bahwa Ibn al-Nafis  merupakan orang pertama di dunia yang mendeskripsikan paru-paru.
    Teori tentang kinerja jantung pertama sebelum kehadiran Ibn al-Nafis  adalah teori yang ditemukan oleh Galen. Galen menyatakan bahwa darah mencapai sisi kanan jantung bergerak melalui pori-pori tak terlihat di septum jantung. Gerakan yang bercampur udara itu diteruskan ke sisi kiri jantung sedemikian sehingga kemudian darah didistribusikan ke tubuh. Menurut pandangan Galen, sistem vena merupakan bagian yang terpisah dari sistem arteri, kecuali ketika keduanya mengadakan kontak melalui pori-pori tak terlihat itu.
    Berdasarkan penelitiannya terhadap anatomi jantung, Ibn al-Nafis  berkata dalam Commentary on Anatomi for Avicenna Canon: “Darah dari bilik kanan jantung mesti dialirkan ke bilik kiri jantung, tetapi tidak ada jalur langsung antara mereka. Sekat tipis pada jantung tidak berlubang dan tidak memiliki pori-pori terlihat sebagaimana menurut beberapa pemikir atau pori-pori terlihat sebagai yang dipikirkan oleh Galen. Darah dari bilik kanan harus mengalir dan menyebar melalui vena arteriosa (arteri pulmonalis) ke paru-paru di mana penyebarannya berbaur dengan udara, melewati arteria venosa (vena paru-paru) dan menuju ke bilik kiri jantung sedemikian sehingga membentuk semangat penting bagi seseorang...
    Di buku lain dalam bukunya Ibn al-Nafis juga menulis: “Jantung hanya memiliki dua ventrikel... dan antara keduanya sama sekali tidak ada jalur diseksi terbuka. Adalah bohong bila mereka mengatakan diseksi itu ada, yaitu septum antara dua bilik jantung yang lebih tebal daripada di organ lain. Manfaat darah ini (yang ada di rongga kanan) naik ke paru-paru, bercampur dengan udara yang ada di paru-paru, kemudian melewati arteria venosa ke bilik kiri dari dua rongga jantung dan campuran itu yang membuat hewan bergerak.
    Dalam menggambarkan anatomi paru-paru Ibn al-Nafis mengatakan: “Paru-paru terdiri dari bagian-bagian, pertama adalah bronkus, kedua adalah cabang-cabang arteria venosa, dan ketiga cabang-cabang vena arteriosa yang kesemuanya dihubungkan oleh daging berpori-pori longgar.
    Ibn al-Nafis  menambahkan: “Kebutuhan paru-paru terhadap arteriosa vena adalah untuk mengangkut darah yang diencerkan dan dihangatkan oleh jantung, sehingga apa yang merembes melalui pori-pori cabang pembuluh menuju alveoli pada paru-paru dapat bercampur dengan udara yang ada di dalamnya, sehingga komposit yang dihasilkan kemudian menjadi nafas, ketika pencampuran ini berlangsung di bilik kiri jantung. Campuran dibawa ke bilik kiri arteria venosa.
    Ibn al-Nafis  juga mendalilkan bahwa nutrisi bagi jantung diekstrak dari arteri koroner, seperti yang dinyatakannya: “Lagi-nya pernyataan (Avicenna) bahwa darah yang ada di sisi kanan adalah untuk menyehatkan jantung tidak benar sama sekali. Makanan jantung adalah dari darah yang melewati pembuluh yang menembus tubuh jantung.”

    No comments:

    Post a Comment

    Most Popular

    Featured Post

    Kisah Cinta Habibie-Ainun

    Nama lengkapnya adalah Hasri Ainun Besari, namun kemudian lebih dikenal sebagai Ainun Habibie. Dia adalah perempuan yang selalu ada d...

    Fashion

    Beauty

    Travel