• GOEDANG BIOGRAFI

    Saturday, May 14, 2016

    FILSAFAT AGAMA AGUSTINUS, BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN SANTO AGUSTINUS


    FILSAFAT AGAMA AGUSTINUS

    (354-430)

                Santo Agustinus dilahirkan pada tanggal 13 November 354 di Tegaste, Algeria, Afrika Utara. Agustinus lahir sekitar enam puluh mil dari kota Hippo di Afrika Utara (di tepi pantai yang sekarang disebut Aljazair). Ayahnya bernama Patristius, seorang kafir. Ibunya Santo Monika, seorang Kristen yang saleh. Dia mendapat didikan Kristen dari ibunya. Sesudah itu ia membuang keyakinan Kristennya. Tatkala berumur sebelas tahun, ia dikirim ke sekolah Madaurus, suatu sekolah tempat orang kafir, atau sebutlah lingkungan kafir. Lingkungan itu mempengaruhi perkembangan moral dan agamanya sementara ibunya mendoakan agar anaknya menerima ajaran Kristen. Pendidikan dan karier awalnya ditempuhnya dalam filsafat dan retorika, seni persuasi dan bicara di depan publik. Ia mengajar di Tagaste dan Karthago, namun ia ingin pergi ke Roma karena yakin bahwa di sanalah para ahli retorika yang terbaik dan paling cerdas berlatih (belakangan ia menyadari bahwa orang-orang di Roma menolak untuk membiayainya).  
                    Agustinus melahirkan karya-karya, terutama Confessions dan City of God, yang menjadi karya klasik dalam filsafat agama dan doktrin Kristen. Confessions (397-398) merupakan otobiografi setelah 13 jilid yang menguraikan evolusi filsafat agama Agustinus. Dia menuliskan penyesalannya atas kehidupannya yang penuh dosa, tumbuhnya kesadaran tentang keburukan astrologi dan Manikaeisme, masuk Kristennya dia, dan pemahaman tentang arti penting moralitas seksual. Sedangkan buku City of God (413-427) dibagi ke dalam 22 buku. Sepuluh buku pertama menentang keyakinan pada agama-agama dan filsafat selain Kristiani. Sebanyak 12 buku lainnya menceritakan kembali sejarah manusia dari kelahiran sampai turunnya Wahyu dalam konflik antara apa yang dia sebut City of God (mereka yang hidup sesuai dengan nilai-nilai Kristiani) dan City of Man (mereka yang menyimpang dari City of God)
    Inti filsafat Agustinus adalah keyakinan bahwa hanya melalui iman kearifan dapat diperoleh. Dia melihat filsafat dan agama sebagai pencarian atas hal yang sama, yakni kebenaran, tetapi yang disebut pertama lebih rendah daripada yang disebut terakhir. Filsuf tanpa agama tidak akan pernah mencapai kebenaran tertinggi. Meskipun nalar saja dapat mencapai sebagian kebenaran, menurut Agustinus pemikiran rasional harus melayani agama.
                    Salah satu teks Agustinus, yang dikutip dari Isaiah, menyatakan bahwa “kecuali jika engkau percaya, engkau tidak akan memahami.” Orang harus percaya untuk dapat memperoleh pemahaman. Doktrin Agustinus ini tidak semata-mata mengikuti doktrin Kristiani. Memang, di masa mudanya dia mencela agama, setelah mendapati bahwa kitab suci secara intelektual tidak memuaskan. Setelah memeluk Kristen pada awal usia tiga puluhan, dia ingin menunjukkan bagaimana nalar dapat membuktikan ajaran-ajaran agama. Ini adalah ide yang mendasari filsafatnya.
                Pandangan Augustinus tentang pengetahuan termasuk salah satu tema sentral dalam seluruh pemikirannya.   Sperti Plato, ia berpendapat, bahwa tugas manusia ialah memahami gejala kenyataan yang selalu berubah.  Ia memperjelas perbedaan penginderaan yang memberikan kepada kita pandangan yang semu tentang suatu objek dengan suatu pengertian tentang kebenaran hakiki atau abadi yaitu kebenaran yang berada di luar pengamatan inderawi. Pengetahuan tentang objek melalui pancaindera adalah pengetahuan yang semu, tidak akurat dan tidak pasti. Ada dua alasan yang mendasari pandangan Augustinus tersebut, yaitu: Pertama, objek yang diamati oleh pancaindera selalu berubah-ubah, sehingga esensi dari objek tersebut tidak dapat diamati oleh pancaindera. Misalnya, mata hanya dapat melihat pakaian yang selalu dipakai oleh manusia, tetapi mata tidak dapat memberikan kepada kita tentang hakekat dari baju itu kepada kita, misalnya apa itu? Kedua, pancaindera selalu berubah-ubah, misalnya selera makan yang berbeda antara si A dan si B tentang makanan yang mereka makan. Karena itu menurut Augustinus, keberadaan pancaindera harus diterima sejauh tampak pada objek.
     

    No comments:

    Post a Comment

    Most Popular

    Featured Post

    Kisah Cinta Habibie-Ainun

    Nama lengkapnya adalah Hasri Ainun Besari, namun kemudian lebih dikenal sebagai Ainun Habibie. Dia adalah perempuan yang selalu ada d...

    Fashion

    Beauty

    Travel