Napoleon Bonaparte
Sang Penakluk dari Perancis
Pemimpin Perancis ini tokoh yang terkenal di seantero dunia karena
kecerdikannya menguasai Eropa selama 16 tahun masa kekuasannya
Napoleon Bonaparte lahir di Korsika
pada tanggal 15 Agustus 1769 di kota Ajaccio, Korsika. Keluarga Bonaparte
adalah keluarga yang berasal dari Italia yang pindah ke Korsika pada abad
ke-16. Napoleon bersekolah di sekolah agama bernama Autun pada bulan Januari
1779 dan pada bulan Mei ia mendaftar di sebuah akademi militer di Brienne le
Chateau.
Setelah menyelesaikan pendidikannya
di Brienne pada 1784, Napoleon mendaftar di sekolah elit École Militaire di
Paris. Di sana ia dilatih menjadi seorang perwira artileri. Ketika bersekolah
di sana, ayahnya meninggal. Ia pun dipaksa menyelesaikan sekolah yang normalnya
memakan waktu dua tahun itu menjadi satu tahun. Ia diuji oleh ilmuwan terkenal Pierre-Simon
Laplace, yang di kemudian hari ditunjuk oleh Napoleon untuk menjadi anggota
senat.
Karier Militer
Napoleon
Napoleon adalah seorang tentara
yang mengawali karir sejak berusia 10 tahun dan telah menjadi jenderal kala
berusia 25 tahun. Setelah Perancis berada dalam genggaman tangannya, ia
mengangkat dirinya sendiri menjadi Kaisar dan memulai perang demi perang.
Napoleon mengambil alih pemerintahan Perancis pada tanggal 9
November 1799 dalam sebuah kudeta yang dinamai peristiwa Brumaire. Ia lalu
membentuk ulang satuan militer dan membuat pasukan cadangan untuk mendukung
aksi militer di sekitar wilayah Rhine Swiss dan Italia.
Langkah pertama yang dilakukan
Napoleon demi perluasan kekuasaannya adalah menjalani pertempuran dengan
pasukan Austria di Marengo Italia pada tahun 1800. Tetapi pertempuran yang
paling menentukan terjadi di Rhein pada tahun 1800. pasukan Perancis dibawah
Napoleon berhasil mengalahkan Austria. Kemenangan Napoleon itu membuat Kerajaan
Inggris yang sejak lama memiliki permusuhan dengan Perancis mempengaruhi
kerajaan-kerajaan lain untuk memusuhi Perancis. Napoleon menyadari hal ini,
tanpa kekalahan Inggris maka dia tidak akan pernah menguasai secara penuh benua
biru Eropa.
Tapi tentara Perancis tidak mudah
jika akan menundukkan kerajaan Inggris. Dengan perlindungan dari armada lautnya
yang sangat kuat, Inggris tidak mudah ditembus. Seperti ungkapan pemimpin
tentara Inggris Admiral Jervis, “Saya tidak menjamin bahwa Perancis tidak akan
datang menyerang kita, tetapi saya menjamin bahwa mereka tidak akan datang
lewat laut”. Armada laut Inggris memang tidak mudah untuk dihancurkan.
Sekali waktu pada tahun 1805 Napoleon berniat menyerang Inggris dengan pasukan sebanyak 180 ribu serdadu tetapi batal dilaksanakan karena Napolen menyadari jika armada laut Inggris terlalu kuat untuk dihadapi. Di samping itu, ia mendapat tantangan dari tentara Austria yang bangkit melawannya lagi.
Sekali waktu pada tahun 1805 Napoleon berniat menyerang Inggris dengan pasukan sebanyak 180 ribu serdadu tetapi batal dilaksanakan karena Napolen menyadari jika armada laut Inggris terlalu kuat untuk dihadapi. Di samping itu, ia mendapat tantangan dari tentara Austria yang bangkit melawannya lagi.
Austria memulai peperangan dengan
menyiapkan bala tentaranya sebesar 70 orang dibawah pimpinan Karl Mack von
Leiberich. Dengan segera tentara Perancis menghadapinya pada akhir Juli 1805.
Kedua pasukan besar itu bertemu di kota Ulm, Jerman. Napoleon mengepung tentara
Mack lalu memaksanya menyerah. Ia dan tentaranya kemudian menduduki Wina.
Tetapi Napoleon kemudian harus berhadapan dengan bala tentara Austria-Rusia
yang lebih besar dibawah komandan Mikhail Kutuzov serta kaisar Alexander dari
Rusia. Pada bulan Desember, Napoleon menyerbu gabungan tentara dua kerajaan ini
yang berada di Moravia Cekoslovakia. Dalam pertempuran itu, Napoleon hanya
kehilangan 7 ribu tentaranya, sementara kerugian tentara gabungan sekitar 25
ribu jiwa.
Friedrich Wilhelm III dari kerajaan
Prusia (Jerman) juga menyatakan perang secara terpisah melawan Perancis. Tanpa
ragu-ragu Napoleon menggerakkan seluruh pasukannya untuk menghadapi tentara
Prusia di Jena pada bulan Oktober 1806. Sekitar 160 ribu tentara Perancis
menyerang Prusia dengan strategi yang jitu disertai pergerakan yang cepat.
Pasukan Napoleon berhasil menghancurkan kekuatan militer yang lebih besar dan
kuat yaitu sekitar seperempat juta tentara Prusia dengan korban jiwa 25 ribu
orang serta menahan sekitar 150 ribu orang, menyita 4 ribu artileri, dan lebih
dari 100 ribu pucuk senapan.
Dalam perang melawan Prusia ini, Napoleon hanya membutuhkan waktu 19 hari untuk menyerang tentara Prusia. Perang ini menunjukkan betapa fantastis dan brilian tentara Perancis dibawah komando Napoleon karena sebaliknya Prusia yang sudah memiliki pengalaman tempur selama 3 tahun tidak pernah memperoleh keberhasilan seperti yang didapat Perancis. Napoleon kemudian memasuki kota Berlin dan mengunjungi makam Friedrich yang Agung, kaisar hebat masa Romawi Suci, lalu menginstruksikan seluruh marsekalnya melepas topi untuk memberi penghormatan.
Dalam perang melawan Prusia ini, Napoleon hanya membutuhkan waktu 19 hari untuk menyerang tentara Prusia. Perang ini menunjukkan betapa fantastis dan brilian tentara Perancis dibawah komando Napoleon karena sebaliknya Prusia yang sudah memiliki pengalaman tempur selama 3 tahun tidak pernah memperoleh keberhasilan seperti yang didapat Perancis. Napoleon kemudian memasuki kota Berlin dan mengunjungi makam Friedrich yang Agung, kaisar hebat masa Romawi Suci, lalu menginstruksikan seluruh marsekalnya melepas topi untuk memberi penghormatan.
Napoleon terus berjaya dengan
mengusir tentara Rusia keluar dari wilayah Polandia. Sejak itu, kekaisaran
Perancis mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1810 dengan wilayah kekuasaan
yang begitu luas. Sebagai kaisar Perancis, Napoleon mengontrol negara kerajaan
konfederasi Swiss, konfederasi Rhine, Warsawa (Polandia), Belanda, dan Italia.
Bahkan Kerajaan Spanyol dan Kerajaan Westphalia juga berada dibawah perintah
Kekaisaran Perancis.
Setelah tertunda, akhirnya Napoleon
mencoba menyerang Rusia pada tahun 1812. Dengan membawa pasukan dalam jumlah
sekitar 650 ribu serdadu, mereka menyeberangi sungai Niemen. Tentara Rusia
menerapkan strategi membumihanguskan kota sambil mundur teratur. Pertempuran
kemudian hanya terjadi di wilayah Borodino pada bulan September 1812 yang
dimenangkan tentara Perancis. Napoleon dengan mudah berhasil masuk kota Moskwa
yang sebenarnya sudah ditinggalkan oleh penduduknya dan dibumihanguskan atas
perintah pimpinannya, Pangeran Fyodor Vasilievich Rostopchin.
Akhir dari Napoleon
Tentara Perancis memang telah
menang tetapi Napoleon tidak menyadari bahwa tentara Rusia telah mempersiapkan
serangan balasan besr-besaran. Nah, dengan memanfaatkan kondisi alam Rusia yang
dingin sebagai senjata, tentara tsar menyerbu pasukan Perancis yang kedinginan.
Hasilnya kerajaan Rusia mampu memukul mundur tentara Perancis meninggalkan
Rusia.
Perang di Rusia merupakan kekalahan
terbesar pertama Napoleon dan ini dimanfaatkan oleh musuh-musuhnya terutama
Prusia, Austria, dan Swedia untuk membentuk koalisi menyerang Napoleon.
Pertempuran demi pertempuran terus terjadi dan pasukan koalisi yang memusuhi
Napoleon semakin bertambah banyak. Akhirnya Napoleon kalah dan turun tahta pada
tanggal 6 April 1814. Pihak koalisi memutuskan untuk mengasingkan Napoleon ke
pulau Elba, dan mengembalikan Perancis kepada Louis XVIII sebagai raja.
Pembuangan ke pulau Elba bukanlah akhir dari ambisi Napoleon. Hampir setahun berada di pulau Elba, Napoleon melarikan diri. Ia mendarat di Cannes pada 1 Maret 1815. Dalam perjalanannya ke Paris, ia mengumpulkan tentara yang masih setia kepadanya, dan akhirnya menggulingkan raja Louis XVIII. Di masa kedua kalinya ini, Napoleon berhasil mengumpulkan 280.000 pengikut. Untuk menambah kekuatan, Napoleon memanggil kembali seperempat juta veteran perang serta membuat keputusan untuk mengadakan kembali wajib militer agar dapat menambah jumlah pasukan menjadi 2,5 juta tentara yang sayangnya tidak berhasil dilakukan.
Pembuangan ke pulau Elba bukanlah akhir dari ambisi Napoleon. Hampir setahun berada di pulau Elba, Napoleon melarikan diri. Ia mendarat di Cannes pada 1 Maret 1815. Dalam perjalanannya ke Paris, ia mengumpulkan tentara yang masih setia kepadanya, dan akhirnya menggulingkan raja Louis XVIII. Di masa kedua kalinya ini, Napoleon berhasil mengumpulkan 280.000 pengikut. Untuk menambah kekuatan, Napoleon memanggil kembali seperempat juta veteran perang serta membuat keputusan untuk mengadakan kembali wajib militer agar dapat menambah jumlah pasukan menjadi 2,5 juta tentara yang sayangnya tidak berhasil dilakukan.
Dengan pasukan yang masih setia
terhadapnya, Napoleon mencoba mengembalikan kejayaannya yang sempat hilang. Ia
langsung menuju jantung pasukan musuh di Belgia. Serangan besar-besaran
dilancarkan oleh serdadu Perancis dan mendapat kemenangan-kemenangan kecil di
beberapa wilayah. Tetapi kala terjadi perang di Waterloo, dimana tentara
Inggris terlibat besar-besaran dalam menghadapi Perancis, Napoleon berserta
pasukannya mengalami kekalahan telak. Kekalahan terbesar kedua dialami
Napoleon. Sang kaisar ini kembali ke Paris untuk mendapat dukungan tetapi
Napoleon justru dipaksa untuk turun tahta. Napoleon terkejut dengan permintaan
itu dan baru menyadari bahwa rakyat Perancis tidak menghendakinya lagi.
Baru pada tanggal 15 Juli 1815, Napoleon
menyerahkan diri ke skuadron Inggris di Rochefort yang segera membuangnya jauh
dari Perancis. Maka berakhirlah kejayaan Napoleon dalam perang-perang yang
dipimpinnya. Perancis dibawah Napoleon adalah kerajaan yang ditakuti tetapi
Napoleon bukanlah pemimpin tanpa kegagalan. Dua perang yang tidak pernah
sanggup dilakukannya adalah menaklukkan kerajaan Rusia dan Inggris. Dua hal itu
tidak lagi bisa diwujudkan Napoleon karena ia lalu mati di samudra Atlantik di
pulau pembuangannya, Saint Helena, pada tanggal 5 Mei 1821.
No comments:
Post a Comment