Seorang penakluk hebat dari negeri Macedonia. Ia mampu membangun sebuah
imperium besar yang meliputi tiga benua, yakni Eropa, Asia, dan Afrika
Alexander Agung adalah seorang
penakluk hebat berasal dari negeri Macedonia. Hanya dalam waktu 13 tahun, ia
mampu membangun sebuah imperium besar yang meliputi tiga benua, yakni Eropa,
Asia, dan Afrika. Berkat ekspedisinya pertukaran budaya antara Yunani-Persia
menjadi semakin cepat dan nyata. Perpaduan dua budaya berbeda itu lalu menimbulkan
kebudayaan baru yang dikenal dengan Hellenisme.
Selama ekspansi, Alexander
mendirikan beberapa kota yang dinamai Alexandria atau Alexandropolis di
beberapa wilayah. Salah satu yang paling terkenal yakni kota Alexandria yang
berada di Mesir. Kota ini menjadi pusat pembelajaran terhebat di dunia pada
masa itu dimana terdapat perpustakaan yang lengkap dan bertahan hingga seribu
tahun.
Siapa Alexander?
Alexander adalah putra raja Philip
II dari Macedonia. Raja Philip II inilah yang menginvasi Yunani pada 336 M,
disaat negeri itu tersebut lemah akibat perang Peloponesos. Paska menaklukan
Yunani, Philip II kemudian membentuk federasi kota-kota Yunani-Macedonia dimana
ia sendiri yang memegang pucuk pimpinan. Selanjutnya ia menyusun rencana penyerangan
terhadap Kekaisaran Persia di Asia Barat. Sayangnya sebelum rencana itu
dijalankan, raja Philips II keburu meninggal pada 336 SM.
Raja Philip II diganti oleh
Alexander, saat itu dia baru berumur 20 tahun. Paska pergantian tampuk pimpinan
ini, banyak terjadi gejolak dan pemberontak di daerah-daerah. Butuh waktu dua
tahun bagi Alexander untuk merampungkan persoalan di dalam negerinya. Setelah
itu, ia kemudian melanjutkan rencana yang sudah disusun ayahnya, ekspedisi ke
wilayah Kerajaan Persia.
Pada tahun 334 SM Alexander
melancarkan serangan pertamanya ke Persia dengan pasukan kira-kira 35.000
tentara. Sebelumnya, ia sengaja menempatkan sebagian pasukannya di Yunani guna
menjaga keamanan dalam negeri. Alexander sendiri merupakan seorang panglima
perang genius yang pemberani, ia tidak segan-segan berada di garis depan pada
saat pertempuran. Dengan terjun langsung di medan perang, tentu saja moral dan
semangat prajuritnya semakin meningkat. Selain itu, pasukan yang dibawa
Alexander betul-betul pasukan yang terlatih dan terorganisir. Jadi meski jumlah
prajurit Alexander jauh lebih sedikit dibanding dengan pasukan Persia, mereka
berhasil memenangkan banyak pertempuran.
Mula-mula pasukan Alexander menyerang Asia
Kecil, mengalahkan bala pasukan kecil Persia yang ditempatkan di situ. Kemudian
bergerak menuju utara Suriah dan terjadi berhasil memenangkan pertempuran besar
di kota Issus. Selanjutnya armada darat Alexander berbalik ke arah selatan.
Sesudah terlibat pertempuran sengit selama tujuh bulan, dia berhasil menaklukkan
kota pulau Phoenicia Tyre (kini Libanon).
Keberhasilan Alexander menguasai kota-kota di
Asia Barat, membuat khawatir Darius III, Raja Persia. Darius III bahkan
menawarkan separo kerajaannya asal saja Alexander menyetujui perjanjian damai.
Namun tawaran menarik tersebut tidak digubris oleh Alexander.
Setelah jatuhnya kota Tyre,
Alexander meneruskan ekspasinya ke selatan. Dua bulan kemudian Gaza dapat
dikuasai. Selanjutnya merengsek ke Mesir, kota itu berhasil diduduki tanpa
perlawanan. Guna menjaga stamina anak buahnya, Alexander mengistirahatkan
pasukannya sementara disini. Mesir. Saat itu Alexander berusia 24 tahun, di
Mesir dia kemudian mendapat gelar Firaun dan dinobatkan sebagai dewa.
Setelah istirahat dirasa cukup,
Alexander dan pasukannya kembali bergerak ke daratan Asia. Dan pada 331 terjadi
pertempuran di Arbela tahun 331 SM. Pertempuran ini merupakan penentu
kemenangan Alexander atas Persia, karena hampir seluruh pasukan Persia dapat
dilumpuhkan. Kemenangan di Arbela memudahkan Alexander menerobos ke Babylon dan
masuk ke kota-kota Persia, Suso dan Persepolis. Raja Darius III melarikan diri,
ia kemudian dibunuh anak buahnya sendiri pada 330 SM. Meski Alexander sudah
berhasil menguasai Persia sepenuhnya, ia masih berambisi menguasai daerah timur.
Saat itu ia sudah menaklukan semua wilayah belahan timur negeri Iran hingga ke
Asia Tengah.
Selanjutnya pasukan Alexander
berjalan ke Afganistan, kemudian bergegas menuju India melintasi melintasi
pegunungan Hindu Kush. Alexander berhasil memperoleh kemenangan hingga mereka
sampai di perbatasan barat India. Pada saat inilah pasukannya mulai mengeluh
kelelahan karena sudah bertempur selama bertahun-tahun, selain itu mereka juga
harus menghadapi pertarungan berat melawan pasukan gajah India.
Akhir dari Alexander
yang Agung
Sebenarnya Alexander sendiri masih
berkeinginan melanjutkan ekspansinya, namun setelah berbincang dengan para
panglima perangnya, ia pun memutuskan untuk kembali. Kemudian pasukan dipecah,
Alexander bersama separo kompi melalui jalan darat melalui Persia, sedangkan
sisanya menempuh jalur selatan melalui tepi laut.
Sesampai di Persia, Alexander menghabiskan
waktu sekitar setahun mengorganisir tentara dan wilayah kekaisaran yang
dikuasainya. Alexander beranggapan bahwa bangsa Persia memiliki kebudayaan yang
sama tinggi dengan Yunani, begitu juga orang-orangnya. Alexander berpendapat
bahwa bangsa Persia bukanlah bangsa bar-bar, sebaliknya bangsa ini sederajat
dengan orang Yunani dan Macedonia. Ia berniat menggabungkan kekaisaran Persia dengan
Yunani.
Guna merealisasikan niatnya, diadakan pesta perkawinan besar-besaran antara Barat dan Timur, dimana ribuan tentara Macedonia secara resmi mengawini puteri-puteri Asia. Alexander sendiri menikahi puteri raja Darius III, sebelumnya ia sudah mempersunting seorang gadis bangsawan Asia. Alexander bahkan memasukkan orang-orang Persia dalam barisan pasukannya.
Guna merealisasikan niatnya, diadakan pesta perkawinan besar-besaran antara Barat dan Timur, dimana ribuan tentara Macedonia secara resmi mengawini puteri-puteri Asia. Alexander sendiri menikahi puteri raja Darius III, sebelumnya ia sudah mempersunting seorang gadis bangsawan Asia. Alexander bahkan memasukkan orang-orang Persia dalam barisan pasukannya.
Alexander meninggal di Babylon
karena terserang demam. Di tahun meninggalnya, 323 SM, Alexander yang berusia
32 tahun tidak menunjuk pengganti. Hal tersebut menyebabkan terjadi perpecahan
dan pertempuran antara para bawahannya. Akhirnya, setelah perselisihan
bertahun-bertahun, sekitar tahun 300 SM, kekuasaan atas bekas kerajaan
Alexander dibagi menjadi 4 wilayah yang masing masing dikuasai salah satu
jendral Alexander.
No comments:
Post a Comment