• GOEDANG BIOGRAFI

    Saturday, May 14, 2016

    Bapak Kimia Modern Abu Musa Jabin bin Hayyan





    Bapak Kimia Modern, Abu Musa Jabin bin Hayyan



    Abu Musa Jabir bin Hayyan ( 721-815) atau di Barat dikenal sebagai Geber adalah seorang tokoh Muslim yang ahli dalam banyak hal yang hidup pada abad ke-8: kimia dan alkimia, astronomi dan astrologi, insinyur, geografi, filsuf, fisika, obat-obatan dan kedokteran. Tetapi pada umumnya ia dianggap sebagai Bapak Ilmu Kimia, dan para ilmuwan Barat mengakui juga hal itu.

    A.       Riwayat Hidup dan Pendidikannya
    Jabir bin Hayyan  lahir pada tahun 721 di Tus, Khurasan, Persia (kini Iran). Kala itu Khurasan masuk wilayah kekuasaan Kekhalifahan Umayah. Dalam sumber-sumber klasik Jabir bin Hayyan  kadang-kadang menggunakan nama al-Azdi atau al-Barigi atau al-Kufi atau al-Tusi atau al-Sufi. Sehingga dari nama-nama itu muncul pendapat berbeda-beda tentang tempat asalnya. Ada yang berpendapat ia orang Persia dari Khurasan yang kemudian pergi ke Kufah, ada juga yang berpendapat ia berasal dari Suriah kemudian tinggal di Persia dan Irak. 
    Latar belakang etnis Jabir bin Hayyan  tidak jelas, tetapi kebanyakan sumber referensi menyatakan dia etnis Persia. Dalam beberapa sumber dilaporkan bahwa dia putra dari Hayyan al-Azdi, seorang apoteker suku Arab Azd yang beremigrasi dari Yaman ke Kufah (kini masuk Irak) pada Kekhalifahan Umayah. Sementara Henry Corbin lebih percaya bahwa Jabir bin Hayyan  menjadi klien suku Azd, tetapi bukan bagian kaum Azd. Ada  pendapat lain yang menyatakan bahwa Jabir bin Hayyan adalah seorang keturunan Yunani yang memeluk agama Islam dan bekerja kepada Dinasti Abbasiyah.
    Konon, sejak kecil Jabir bin Hayyan  belajar Alquran, matematika dan pelajaran lainnya kepada para Syeikh di sekitar tempat tinggalnya. Sewaktu di rumah, belajarnya berada di bahwa pengawasan dan bimbingan ayahnya. Profesi ayahnya sebagai apoteker memberikan kontribusi besar terhadap minatnya pada alkimia. Sejak kecil ia diakrabkan dengan dunia empiris dan medis oleh ayahnya.
    Namun demikian, riwayat pendidikannya secara jelas belum ada yang berpendapat banyak. Ada sebuah teori yang menegaskan bahwa Jabir bin Hayyan adalah murid keenam dari Imam Ja’far as-Sadiq dan Syiekh Harbi al-Himyari. Namun banyak kalangan mempertanyakan bahkan menentang teori ini.
    Jabir bin Hayyan  menjadi seorang alkemis di istana Khalifah Harun al-Rasyid, di mana selama di sana ia menulis Kitab al-Zuhra (The Book of Venus). Konon, Jabir bin Hayyan  mendukung pemberontakan Bani Abbasiyah melawan Bani Umayyah. Ia dikirim oleh pembesar Abbasiyah ke provinsi Khurasan (kini masuk kawasan Afghanistan dan Iran) untuk mengumpulkan dukungan bagi perjuangan mereka. Ia akhirnya ditangkap oleh Bani Umayyah dan dieksekusi. Keluarganya melarikan diri ke Yaman.
    Setelah Bani Abbasiyah berkuasa, Jabir bin Hayyan  kembali ke Kufah. Dia memulai karirnya dengan membuka praktek kedokteran di bawah perlindungan dari wazir Khalifah Harun al-Rasyid, yaitu Barmakid (juga berasal dari Persia). Kontknya dengan Barmakid di kemudian hari banyak yang menyayangkan. Ketika keluarga jatuh pada tahun di 803, Jabir bin Hayyan  ditempatkan di bawah tahanan rumah di Kufah, di mana ia tetap tinggal di sana sampai kematiannya, yaitu pada tahun 815.

    B.        Karya-Karyanya
    Secara total, ada hampir 3.000 risalah dan artikel yang dinisbatkan kepada Jabir bin Hayyan. Akan tetapi Paul Kraus menunjukkan bahwa hanya beberapa ratus karya saja yang benar-benar berasal dari Jabir bin Hayyan, sedangkan sisanya dari tangan orang lain. Ribuan karya yang dinisbatkan kepadanya muncul pada abad ke-9 dan abad ke-10 awal. Banyak sarjana percaya bahwa dari karya-karya ini yang kebanyakan terdiri dari komentar dan penambahan terhadap karya aslinya dilakukan oleh para pengikut Jabir bin Hayyan.
    Ruang lingkup karya Jabir bin Hayyan  sangat luas dan terdiri dari banyak disiplin: kosmologi, musik, kedokteran, sihir, biologi, teknologi kimia, geometri, tata bahasa, metafisika, logika, makhluk hidup buatan, ramalan bintang, simbolisasi mitos Imamiyah. Lebih jelasnya dengan rincian berikut:
    ·           112 Buku didedikasikan kepada Barmakid. Buku-buku ini mencakup versi Arab dari Emerald Tablet, sebuah karya kuno yang merupakan sumber terbesar dari operasi alkimia awal. Pada Abad Pertengahan Eropa buku-buku itu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan tajuk Tabula Smaragdina, dan secara luas menyebar ke penjuru Eropa serta dibaca oleh semua kiimiawan Eropa.
    ·           70 Buku yang sebagian besar diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada Abad Pertengahan Eropa. Buku-buku ini mencakup Kitab al-Zuhra (Kitab Venus) dan Kitab Al-Ahjar (Kitab Batu Permata).
    ·           10 Buku berisi deskripsi dan perbaikan yang dilakukan oleh Jabir bin Hayyan  dari karya alkemi Pythagoras, Socrates, Plato dan Aristoteles.
    ·           1 Buku yang mencakup Teori Keseimbangan di alam yang paling terkenal dari Jabir bin Hayyan.

    Dalam bukunya, Book of Stones, Jabir bin Hayyan  menulis: “Tujuan penulisan buku ini adalah untuk membimbing dan mengarahkan kesalahan semua orang kecuali orang-orang yang diberi dan dikasihi Allah”. 
    Karya-karya Jabir bin Hayyan  tampak sengaja ditulis dengan menggunakan kode yang sangat esoteris (steganografi), sehingga hanya mereka yang telah ahli alkimia saja yang bisa memahaminya. Oleh karena itu sulit bagi pembaca modern membedakan mana simbol-simbol yang merupakan hasil kerja Jabir bin Hayyan  dan apakah artinya simbol-simbol itu, serta bagaimana simbol-simbol itu yang harus dipahami secara harfiah. Karena karya-karyanya masuk dalam tataran logika umum tersebut membuat orang-orang awanya menyebut tulisan-tulisannya hanyalah omong kosong.

    C.        Sosok yang Berpengaruh
    Konon, dalam alkimianya Jabir bin Hayyan  terinspirasi oleh gurunya, Ja’far as-Sadiq. Ketika ia hendak berbicara tentang alkimia, ia akan berkata: “Tuanku Ja'far as-Sadiq mengajari saya tentang kalsium, penguapan, distilasi dan kristalisasi, dan segala sesuatu yang aku pelajari dalam alkimia adalah dari tuanku Ja'far as-Shadiq”.
    Imam Ja'far memang terkenal karena kedalaman dan keluasan ilmunya. Selain pengetahuan tentang ilmu-ilmu keislaman, Imam Jafar sangat berpendidikan dalam ilmu alam, matematika, filsafat, astronomi, anatomi, kimia (alkimia), dan disiplin lainnya. Dan Jabir bin Hayyan sebagai alkemis Muslim terkemuka adalah muridnya yang paling menonjol. Murid-muridnya yang lain yang terkenal adalah Imam Abu Hanifah dan Imam Malik Ibn Anas (dua tokoh pendiri dua Mazhab fiqih Sunni), serta Wasil bin Ata’ (pendiri Mazhab Mu’tazilah). 
    Imam Ja'far dikenal karena pandangannya mengenai kebebasan dalam belajar, dan sangat ingin berdebat dengan ulama lain dari berbagai agama dan keyakinan yang berbeda-beda. Mengenai Imam Ja’far, Imam Abu Hanifah menulis: “Pengetahuanku menjadi luas hanya dalam dua tahun. Aku banyak menghabiskan waktu berdua dengan Imam Jafar Shadiq”. Beberapa ulama Islam bahkan lebih jauh menyebut Imam Jafar Saddiq sebagai akar dari sebagian besar yurisprudensi Islam, memiliki pengaruh besar terhadap mazhab Hanafi, Maliki dan pemikiran kaum Syiah, serta meluas pengaruhnya ke mazhab arus utama, yaitu mashaz Hanbali dan Syafi’ie. Imam Jafar juga dikenal memiliki kecakapan yang lebih dalam astronomi dan ilmu kedokteran.
    Jabir bin Hayyan  juga mengaku terinspirasi oleh para ilmuwan sebelumnya yang menjadi legenda dalam sejarah. Dalam tulisan-tulisannya, Jabir bin Hayyan  menyatakan hormatnya kepada alkemis Mesir Zosimos, Demokritos, Hermes Trismegistus, Agathodaimon, Plato, Aristoteles, Galen, Pythagoras, Socrates, Porfisi, Simplicius dan Alexander Aphrodisias. 
    Dalam buku-bukunya yang lain, Jabir bin Hayyan  mengakui bahwa operasi alkimia logam dan zat lainnya diperkenalkan oleh para ilmuwan Persia, sehingga ia menaruh hormat kepada Jamasb, Ostanes dan Mani. Dan memang banyak nama teknis kimia modern (misalnya, zayba = merkusi, nosader = sel amoniak) berasal dari alkimia Iran Abad Pertengahan. 
    Karakteristik karya Jabir bin Hayyan  tidak hanya berbentuk traktat, tetapi juga dialog, sehingga karyanya memuat unsur sastra yang kuat. Ibn al-Nadim melaporkan karya Jabir bin Hayyan , Kitab Musahhaha Aristutalis, yang berisi dialog alkimia antara Aristoteles dan Ostanes (alkemmis Persia pada era Achaemenid). Dalam karyanya itu, Jabir bin Hayyan  menebut bahwa Mazhab Kedokteran Sasanian memainkan peran penting dalam penyebaran minat para ilmuwan belakangan terhadap alkimia. Jabir bin Hayyan  menulis sejarah panjang alkimia: “Arius... manusia pertama yang menerapkan percobaan pertama pada batu ... dan ia menyatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk meniru cara kerja alam”.

    D.       Pemikiran-Pemikirannya
    Investigasi alkimia Jabir bin Hayyan  secara umum hendak mengimpikan tujuan akhir dari Takwin (makhluk buatan). Di dalam The Book of Stones, Jabir bin Hayyan  memberikan resep untuk membuat makhluk seperti kalajengking, ular dan bahkan manusia di dalam laboratorium, yang kesemua makhluk hidup itu tunduk pada kontrol penciptanya. Apa maksud Jabir bin Hayyan  dengan resep ini tidak banyak diketahui. 
    Investigasi alkimia Jabir bin Hayyan  itu yang secara teoritis didasarkan pada sebuah numerologi yang rumit yang berkaitan dengan sistem Phytagoras dan Neoplatonis. Sifat-sifat unsur didefinisikan melalui nilai-nilai numeriknya yang menggunakan konsonan Arab, sebuah simbol awal dari notasi kimia yang digunakan saat ini.
    Fisika Aristotelian oleh Jabir bin Hayyan  dibuat menjadi Neoplatonik. Setiap kualits elemen Aristotelian (api itu panas dan kering, bumi itu dingin dan kering, air itu dingin dan lembab, udara itu panas dan lembab) disebut oleh Jabir bin Hayyan sebagaii kualitas dasar yang bersifat teoretis dan ditambahkan kepada substansi alam. Di dalam logam, dua sifat ini menjadi sifat interior dan eksterior. Misalnya, timah itu dingin dan kering dan emas itu panas dan lembab. Dengan demikian, menurut Jabir bin Hayyan, dengan mengatur kualitas suatu logam, maka kita dapat membuat logam yang berbeda. Untuk membuat logam lain dari sebuah logam, menurut Jabir bin Hayyan  kita memerlukan al-Iksir (katalis), sesuatu yang membuat transformasi logam itu mungkin. Inilah teori kimia yang benar-benar ciptaan Jabir bin Hayyan. Teori ini tetap digunakan dalam kimia modern sampai sekarang.
    Jabir bin Hayyan  juga menciptakan apa yang kini disebut Teori Sulfur Air raksa. Teori ini menyatakan bahwa logam berbeda mengandung proporsi yang berbeda dari sulfur dan air raksa. “Sulfur” dan “merkusi” bukan nama unsur yang kita kenal sekarang, tetapi prinsip yanga digunakan oleh Jabir bin Hayyan  sebagai pendekatan. Berdasarkan teori “Pernafasan Aristoteles”, embusan kering dan lembab akan menjadi sulfur dan air raksa. Teori ini sebenarnya pertama kali tercatat dalam buku abad ke-7 karya Balinus (Appollonius Tyana), Rahasia Perciptaan, tetapi diperluas dan diteoritisasi oleh Jabir bin Hayyan. Di dalam bukunya, Book of Explanation, Jabir bin Hayyan  menulis: “Semua logam pada dasarnya terdiri dari gabungan air raksa dan sulfur yang digumpalkan. Mereka berbeda satu sama lain hanya karena perbedaan kualitas mereka, dan perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan sulfur mereka, yang lagi-lagi disebabkan oleh variasi dalam tanah dan posisi mereka terhadap panas matahari”.
    Holmyard mengatakan bahwa air raksa dan sulfur Jabir bin Hayyan  ini bukan air raksa dan sulfur biasa. Unsur-unsur dalam kimia modern diklasifikasikan menjadi unsur logam dan non-logam, tergantung pada nomenklatur kimianya. Sementara, Jabir bin Hayyan  mengklasifikasikan unsur kimia dalam tiga kategori: 
    ·           “Spirits”, unsur-unsur yang dapat menguap, seperti arsenik (realgar, orpiment), kompor, air raksa, sulfur, amoniak dan amonium klorida.
    ·           “Logam”, unsur-unsur seperti emas, perak, timah, tembaga,besi dan khar-sini (besi Cina).
    ·           “Non-Zat”, unsur-unsur yang ditempa dan dapat dikonversi menjadi bubuk, seperti batu.

    Kontribusi lain dari Jabin bin Hayyan adalah ide tentang kesetaraan kimia. Dia menyatakan: “Suatu jumlah asam tertentu diperlukan untuk menetralisir jumlah asam dasar yang diberikan”. Selain kimia, kontribusi penting Jabin bin Hayyan juga termasuk dalam ilmu obat-obatan, astronomi dan astrologi, dan ilmu-ilmu lainnya. Buku-bukunya yang non-kimia beberapa telah diedit dan diterbitkan, namun sangat sedikit yang diterjemahkan ke bahasa lain. 
    Kontribusi Jabin bin Hayyan terhadap kimia tidak hanya bersifat teoritik, tetapi juga eksperimen. Mengenai hal ini Jabin bin Hayyan berkata: “Hal penting pertama dalam kimia adalah bahwa engkau harus melakukan pekerjaan dan melakukan percobaan praktik, karena mereka yang tidak melakukan pekerjaan dan tidak membuat percobaan praktik tidak akan pernah mencapai ke tingkat yang paling ahli”.
    Oleh karena itu, Jabin bin Hayyan membuat lebih dari dua puluh jenis peralatan laboratorium kimia, seperti alembik, tabung kimia, beserta deskripsi dari banyak proses kimia sebagaimana sekarang dikenal seperti kristalisasi, distilasi berbagai bentuk alkimia, dari zat asam sitrat (komponen asam lemon dan buah-buahan mentah lainnya), zat asam asetat (dari cuka) dan zat asam tartarik dan (dari residu pembuatan anggur), arsen, antimon, bismut, sulfur dan air raksa – unsur-unsur kimia yang yang telah menjadi dasar dari kimia modern sekarang ini. 
    Hasil eksperimen yang dilakukan oleh Jabin bin Hayyan luar biasa. Mengenai hal ini Ismail al-Faruqi dan Lois Lamya al-Faruqi mengatakan tentang salah satu hasil eksperimennya itu: “Dengan menanggapi keinginan Ja’far al-Sadiq, Jabin bin Hayyan menemukan jenis kertas yang tidak bisa dibakar dan tinta yang dapat dibaca di waktu gelap. Dia juga menemukan zat aditif yang bila diterapkan ke permukaan besi dapat menghambat karat dan bila diterapkan pada tekstil akan menjadikannya anti air”.
    Demikianlah bahwa Jabin bin Hayyan yang hidup pada abad ke-8 telah menjadi nama yang paling terkenal di dalam kimia, karena dia membuka jalan bagi sebagian besar alkemis generasi berikutnya, termasuk al-Kindi, al-Razi, al-Tughrai dan al-Iraki yang hidup pada abad ke-9 dan abad ke-13. Tidak hanya para ilmuwan Islam Abad Pertengahan, buku-bukunya juga sangat mempengaruhi kimiawan Eropa Abad Pertengahan.
    Pada Abad Pertengahan Eropa, risalah kimia Jabin bin Hayyan diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan menjadi teks standar untuk kimia Eropa. Risalah itu termasuk Kitab al-Kimya yang diterjemahkan di Eropa menjadi Book of Alchemy Compotition oleh Robert of Chester (1144) dan Kitab al-Sab’ien yang diterjemahkan oleh Gerard of Cremona (1187) menjadi Book of Seventens. Sedangkan Marcelin Berthelo menerjemahkan beberapa buku Jabin bin Hayyan dengan bawah judul yang fantastis: Book of Empire, Book of Balance dan Book of East Mercury. 
    Dengan diterbitkan dan dijadikannya traktat kimia wajib di Eropa, maka tak pelak beberapa istilah teknis kimia dalam bahasa Arab yang diperkenalkan oleh Jabir bin Hayyan, seperti alkali, kini telah ditetapkan menjadi kosakata ilmiah kimia modern. Mengenai pengaruh besar Jabir bin Hayyan, Max Meyerhoff menyatakan: “Pengaruhnya dapat ditelusuri sepanjang sejarah alkimia dan kimia Eropa.”
    Sejarawan kimia, Erick John Holmyard mengatakan bahwa Jabir bin Hayyan telah mengembangkan alkimia menjadi ilmu eksperimental dan bahwa kedudukan Jabir bin Hayyan dalam sejarah kimia adalah sama pentingnya dengan Robert Boyle dan Antoine Lavoiser. Sejarawan Paul Kraus, yang telah mempelajari sebagian besar karya-karya Jabir bin Hayyan dalam bahasa Arab dan Latin, meringkas peran pentingnya Jabir bin Hayyan dalam sejarah kimia dengan membandingkan karya eksperimental dan teoritisnya dalam kimia dengan karya alegoris dari alkemis Yunani kuno. Kros menyebutkan bahwa secara teknis banyak kimiawan yang paling terkenal dari sejak Yunani kuno hingga hari ini yang telah memberikan kontribusi tidak sedikit dalam sejarah kimia, dan diantara mereka adalah Jabir bin Hayyan. 
    Sebagai kata akhir, dikutip quote dari sang Bapak Kimia Jabir bin Hayyan: “Kekayaanku adalah membiarkan anak-anak dan saudara-saudaraku menjadi bagian beberapa hal yang mereka tidak bisa berbagi: pekerjaanku dilakukan dengan baik, dengan hatiku yang mulia – dan ini adalah aku sendiri”.

    No comments:

    Post a Comment

    Most Popular

    Featured Post

    Kisah Cinta Habibie-Ainun

    Nama lengkapnya adalah Hasri Ainun Besari, namun kemudian lebih dikenal sebagai Ainun Habibie. Dia adalah perempuan yang selalu ada d...

    Fashion

    Beauty

    Travel