• GOEDANG BIOGRAFI

    Monday, May 9, 2016

    Biografi dan Pemikiran John Stuart Mill (1806-73)


    Biografi dan Pemikiran John Stuart Mill (1806-73)



    Lahir pada tahun 1806, John Stuart Mill adalah anak sulung dari James Mill dan Harriet Barrow. Sebagai orang yang sangat menyukai sastra, James Mill menulis History of British India (1818), dan  karyanya itu menyebabkan dia memperoleh posisi bergengsi di East India Company, kemudian jabatannya meningkat menjadi kepala pemeriksa. Ketika sedang tidak melaksanakan tugas-tugas administratifnya, James Mill menghabiskan banyak waktunya untuk  mendidik putranya,  John Stuart Mill, yang mulai belajar bahasa Yunani pada usia tiga tahun dan bahasa Latin pada usia delapan tahun. Pada usia 14, John sangat fasih berbahasa Yunani dan Latin klasik ; dia juga telah mempelajari sejarah dunia, logika, dan matematika, dan menguasai dasar-dasar teori ekonomi, yang semuanya merupakan bagian dari rencana ayahnya untuk menjadikan John Stuart Mill sebagai orang yang mendukung gagasan filosofisnya yang radikal.
                Di akhir masa remajanya, John Mill menghabiskan banyak waktu untuk mengedit naskah Jeremy Bentham, dan ia asyik sekali menggeluti karya filsafat radikal, dan masih dibimbing oleh ayahnya. Dia juga mendirikan sejumlah komunitas intelektual dan mulai berkontribusi untuk majalah, termasuk The  Westminster Review  (yang didirikan oleh Bentham dan James Mill). Pada tahun 1823, ayahnya memberikan posisi kepadanya di East India Company, dan dia  seperti ayahnya juga, akhirnya menduduki posisi kepala pemeriksa.
                Kehidupan dan pikiran John Stuart Mill mungkin dapat dipahami dalam konteks ayahnya, yang pengaruhnya sangat  besar terhadap Mill muda. Ayah John Stuart Mill, James Mill,  bertemu ahli teori politik Jeremy Bentham pada tahun 1808 dan menerima bantuan keuangan darinya, pada saat Mill sedang berjuang membangun dirinya. Persahabatan kedua laki-laki tersebut dan pemikiran politik yang sama mendorong mereka untuk mendirikan  dan memimpin gerakan “filosofis radikal. “Kelompok itu, yang beroposisi langsung dengan Whig dan Tories, mendorong hukum dan reformasi politik dengan cara hak suara yang universal (untuk laki-laki), sebuah tempat baru bagi teori ekonomi dalam pengambilan keputusan politik, dan politik yang memperhitungkan kebahagiaan manusia, bukan hak-hak alamiah. Kelompok itu juga berusaha untuk merestrukturisasi lembaga-lembaga social dan politik berdasarkan prinsip-prinsip yang kemudian dikenal sebagai utilitarianisme, sebuah mazhab pemikiran sosial yang didirikan oleh Bentham. Prestasi tertinggi yang pernah diraih Mill adalah karyanya yang berjudul On Liberty, yang ditulis bersama istrinya. Menurut Mill, On Liberty disusun secara cermat sehingga dia tidak perlu mengubah atau menambah lagi isi buku tersebut. Meskipun berupa buku yang tipis, On Liberty, dianggap sebagai karya klasik dalam filsafat, pernyatannya ringkas tentang individualitas manusia, namun sangat fasih, signifikan,  dan berpengaruh. On Liberty berisi pembelaan kebebasan individu terhadap segala usaha penyamarataan masyarakat. Tulisan Mill lainnya yang penting adalah System of Logic; Principles of Political Economy, Considerations on Representative Government, dan Subjection of Women. Mill adalah tokoh intelektual liberalisme Inggris kedua yang tidak lagi membela paham laissez faire klasik, tetapi memperhatikan tuntutan-tuntutan keadilan social.
                Dalam pemikiran filosofisnya, sebuah usaha pernah dilakukan oleh John Stuart Mill untuk menunjukkan bahwa empirisisme dapat menyaingi metafisika dalam memberikan kepastian. Mill adalah seorang pemikir yang cemerlang, dan meskipun beberapa dari kesimpulannya tidak dapat diterima pada hari ini, ia telah memberikan kontribusi yang penting dalam mengklarifikasi metodologi sains. Sependapat dengan Comte, ia menolak kepalsuan metafisika. Mill tidak saja menolak rasionalisme deduktif, tetapi ia juga menolak kompromi Kantian. Ia berpendapat bahwa tidak ada kebenaran a priori. Semua pengetahuan diperoleh dari pengalaman. Kita mengetahui bahwa dua kali dua adalah empat, karena kita telah mengobservasi bahwa memang demikianlah kenyataannya. Hukum-hukum logika dan hukum penyebab universalia juga berasal dari pengalaman. Mengenai dunia material, Mill menyatakan, “Materi adalah kemungkinan pencerapan yang permanen. “
                Tidak ada prinsip yang mendahului verivikasi melalui pengalaman. Kita dipaksa oleh konstitusi wilayah pikiran kita untuk mengasumsikannya sebagai kebenaran. Demikian pula halnya dengan ide dari dalam dan kategori menurut Kant. Lalu bagaimanakah  kita menemukan prinsip-prinsip yang benar? Dengan menolak hak untuk menggunakan prinsip-prinsip apa pun yang tidak diperoleh dari pengalaman, Mill menempatkan dirinya sendiri pada persoalan yang sulit, dan dengan menolak untuk mengakui perlunya membuat asumsi apa pun. Ia menjadikan tugas menunjukkan asas sains menjadi hampir-hampir mustahil. Tidak diragukan lagi bahwa ia telah melakukan kesalahan dalam mempercayai bahwa semua kebenaran umum telah diperoleh secara induktif  berdasarkan pengalaman. Russell sejak itu telah menunjukkan bahwa dalam proposisi 2+2=4, kita hanyalah menyatakan arti empat, karena kita menyatakan arti suatu yard dengan mengatakan bahwa ia sama dengan tiga kaki. Tetapi Mill benar dalam memandang bahwa sains tergantung pada induksi. Namun, ia terus berargumen bahwa induksi diperoleh dari penyebab, dan penyebab diperoleh dari pengalaman. Mill mendefinisikan induksi sebagai “proses yang dengannya kita menyimpulkan bahwa apa yang benar dari individu-individu kelas tertentu adalah benar, dalam keadaan yang serupa, sepanjang masa “. Ia mengakui bahwa induksi tidaklah bersifat primer, bahwa ia melibatkan suatu asumsi. “Pertama-tama kita harus mengobservasi bahwa terdapat suatu prinsip yang terdapat dalam pernyataan tentang apakah induksi itu; suatu asumsi yang berkaitan dengan berlangsungnya alam dan tatanan alam semesta; yakni bahwa ada hal-hal seperti itu di alam sebagai kasus yang parallel, bahwa apa yang pernah terjadi dalam tingkatan yang menyerupai keadaan tersebut, akan terjadi lagi, bahkan tidak saja akan terjadi lagi, tetapi sama seringnya dengan keadaan yang terjadi.
                Tetapi ia menegaskan bahwa keseragaman yang sesungguhnya ditemukan di alam. Ada keseragaman dalam ko-eksistensi dan keseragaman dalam suksesi. Keseragaman dalam suksesi memberikan kepada kita ide tentang penyebab, dan induksi tergantung pada ide ini. Hukum penyebab yang dengan mengenalnya merupakan pilar utama ilmu pengetahuan induktif, tidak lain adalah kebenaran yang telah dikenal, dimana suksesinya yang terus menerus dapat ditemukan melalui observasi, sehingga akan diperoleh setiap fakta di alam dan fakta lain  yang telah mendahuluinya. Mill menegaskan, “Sekuensi invariable tidak selalu sinonim dengan penyebab, kecuali jika sekuensi, di samping tidak berubah-ubah, juga tidak bersyarat. Penyebab dapat diobservasi ketika sedang beroperasi. Untuk menetapkan hukum penyebab dan akibat hanyalah dengan menggeneralisasikan dari apa yang kita lihat. Menurut Mill, tugas utama ilmuwan adalah mencari penyebab. Ketika penyebab telah ditemukan, maka kejadian yang diteliti telah dijelaskan.
                Filsafat Mill bernuansa mengagungkan akal sehat. Tampaknya, ia hanya merupakan dalih untuk meragukan bahwa alam pasti bersifat seragam, atau bahwa pencarian penyebab adalah dibenarkan, atau bahwa generalisasi dari sejumlah besar fakta yang diobservasi dibolehkan. Tetapi, ketika Mill berhasil mengemukakan teori Newton tentang gravitasi sebagai contoh bagi induksi untuk mendukung suatu hukum yang bersifat universal dan pasti, maka dalih tersebut terlihat memiliki landasan.
                Mill, sebagaimana Bentham, adalah penganut filsafat moral yang dikenal sebagai utilitiarianisme, yang menyatakan bahwa semua materi, secara moral adalah akibat dari tindakan kita, yang derajatnya dapat meningkatkan atau menurunkan kebahagiaan. Yang sangat bertolak belakang dengan pemikiran ini adalah Kant, yang menyatakan bahwa akibat dari tindakan kita secara moral tidak ada kaitannya. Dalam beberapa hal, utilitiarianisme adalah sebuah teori yang menarik. Utilitarianisme seringkali dinamakan teori kebahagiaan terbesar. Teori ini mengajarkan agar setiap manusia meraih kebahagiaan sebesar-besarnya untuk orang sebanyak-banyaknya.  Menurut teori ini, kenikmatan adalah kebaikan intrinsik, dan penderitaan adalah kejahatan intrinsik. Dengan demikian, perkara yang paling utama bagi kehidupan manusia adalah perbuatan yang dapat menghasilkan akibat yang baik dan menghindari akibat buruk.  Kebahagiaan akan tercapai kesenangan dapat diraih dan kesusahan dapat dihindarkan. Perbuatan dianggap baik atau buruk jika dapat meningkatkan atau mengurangi kebahagiaan bagi sebanyak mungkin orang. Prinsip utilitas adalah kebahagiaan yang besar bagi sebanyak mungkin orang.
                Meskipun karya John Stuart Mill yang paling terkenal adalah tentang utilitarianisme dan liberty (kebebasan), Mill juga menghasilkan karya tentang logika, filsafat sains, metafisika, dan epistemology. John Stuart Mill meninggal di Avignon, Prancis, pada tahun 1873.

    No comments:

    Post a Comment

    Most Popular

    Featured Post

    Kisah Cinta Habibie-Ainun

    Nama lengkapnya adalah Hasri Ainun Besari, namun kemudian lebih dikenal sebagai Ainun Habibie. Dia adalah perempuan yang selalu ada d...

    Fashion

    Beauty

    Travel