• GOEDANG BIOGRAFI

    Tuesday, May 10, 2016

    BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN ALFRED JULES AYER



    BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN ALFRED JULES AYER
    (1910-1989)


    Alfred Jules Ayer adalah filsuf Oxford yang dikenal sebagai seorang penyiar. Penganut filsafat analitis ini nampaknya ateis dan di mata beberapa orang dia seorang radikal politis. Namun, dia paling dikenal karena “positivisme logis”-nya dan komitmennya pada empirisme ketat yang didasarkan pada “data-indera”, sebuah sikap yang dikenal sebagai fenomenalisme. Karya terbaiknya adalah Language, Truth and Logic dan The Problem of Knowledge, meskipun dia juga menulis tentang pragmatisme, kebebasan dan moralitas, Russell, Hume dan Voltaire.  
                Language, Truth and Logic (1936) merupakan deskripsi klasik tentang positivisme logis. Ayer membatasi pernyataan yang bermakna pada pernyataan yang secara empiris dapat diverifikasi dan pernyataan yang dengan sendirinya telah jelas benar atau salah. Pernyataan religius dan metafisika tidak termasuk dalam kategori ini dan karena itu tidak bermakna. Dalam buku ini juga ada pembahasan tentang tujuan filsafat.
    Apa yang menjadikan sebuah kalimat sebagai proposisi yang bermakna. Pertama tentu saja jelas dia mengacu pada sesuatu secara jelas. Misalnya kalimat “Monuman Nasional ada di Jakarta; kalimat ini mengacu pada sesuatu secara jelas. Benar atau tidaknya kalimat ini bisa ditentukan apakah proposisi ini benar atau tidak. Berbeda dengan kalimat yang salah ini: “Sekarang langit malam lebih segar daripada di luar.” Kalimat ini tidak jelas mengacu pada apa. Maka tidak bisa ditentukan benar salahnya. Yang menentukan apakah suatu kalimat bermakna atau tidak adalah apakah suatu kalimat proposisi dapat diferifikasi atau tidak. Contoh kalimat yang pertama tentu bisa diverifikasi karena bisa dibuktikan bahwa kalimat itu benar atau salah dengan melalui observasi. Kita bisa pergi ke Jakarta untuk melihat ada atau tidaknya Monumen Nasional. Jadi kebermaknaan suatu kalimat ditentukan oleh bisa tidaknya kalimat itu diobservasi melalui indra.
    Di luar dari yang bisa diobservasi oleh indra, masih ada kalimat yang memiliki makna. Yaitu kalimat yang berkaitan dengan matematika dan logika. Kalimat-kalimat ini bermakna karena kalimat-kalimat ini tidak pernah melampaui realitas bahasa. Contohnya: “1+1=2”; “segi empat adalah bangun yang memiliki empat sisi tegak lurus”
    Ini menyebabkan dirinya dan Neo positivis lain memandang remeh teologi, etika dan estetika. Proposisi-proposisi itu tak bisa dibuktikan. Misalnya adalah pernyataan: “Tuhan menciptakan dunia dalam tujuh hari, Tuhan itu tidak ada, semua orang harus saling mencintai, semua orang tidak boleh membunuh, lukisan ini sangat tinggi seninya, gadis itu sangat cantik.” Kalimat-kalimat ini tidak memiliki makna dan lebih bersifat emosi. Pernyataan agama (bahkan ateisme) tidak bermakna.  
    Pernyataan yang lain yang diperbolehkan adalah pernyataan yang bisa diobservasi secara sebagian saja. Misal pernyataan “semua logam memuai” hanya butuh suatu observasi atas sebagian logam saja untuk menentukan maknanya karena observasi murni keseluruhan adalah tidak mungkin.
    Ada banyak kelemahan dalam teori Ayer ini.  Ayer membatasi suatu pernyataan menjadi bermakna hanya apabila dapat diacu pada suatu observasi empiris. Akhirnya ia juga membatasi bidang pengetahuan pada kebenaran empiris itu. Suatu pernyataan yang bersifat nilai dinyatakan sebagai pernyataan yang tidak benar atau salah. Bagaimana dengan pernyataan “saya kedinginan”? Sebenarnya kritik paling telak berasal dari inti teori itu sendiri. Pernyataan yang dibuat Ayer tidak bisa diobservasi dan juga bukan tautologi. Dengan kata lain tulisan Ayer sendiri tidak bermakna.  

    No comments:

    Post a Comment

    Most Popular

    Featured Post

    Kisah Cinta Habibie-Ainun

    Nama lengkapnya adalah Hasri Ainun Besari, namun kemudian lebih dikenal sebagai Ainun Habibie. Dia adalah perempuan yang selalu ada d...

    Fashion

    Beauty

    Travel