• GOEDANG BIOGRAFI

    Monday, May 9, 2016

    Biografi dan Pemikiran Zeno (490 – 425 SM)



    Zeno (490 – 425 SM)

     

    Zeno adalah seorang pemikir Yunani, lahir sekitar 490 SM. Sedikit sekali yang diketahui tentang dirinya. Plato menggambarkan Zeno sebagai orang yang tinggi perawakannya dan berkulit cerah, dan dia disayangi oleh Parmenides. Zeno menjadi terkenal karena beberapa tulisannya yang paradoks sehingga membuat penasaran dan membingungkan para pemikir semenjak zamannya hingga hari ini. Sebagian besar yang diketahui tentang kehidupannya dan gagasannya berasal dari Plato atau Aristoteles, dimana Plato menuduhnya hanya sebagai seorang pembela Parmenides, sedangkan Parmenides telah menggambarkan Zeno sebagai penemu dialektika dalam karyanya yang hilang Sofis.
    Proposisi Zeno memang paradoks dengan pemikiran Yunani, bahkan bertentangan dengan keyakinan atau pendapat mereka. Paradoksnya menantang konsepsi dasar tentang pluralitas, ruang, dan gerak.  Menurut istilah matematika, paradoks Zeno diyakini terpengaruh oleh usaha-usaha Pythagoras untuk mengaplikasikan konsep matematika dalam dunia alam. Pemikiran Zeno yang mengandung paradoks itu kemungkinan hilang selamanya. Namun, sejumlah paradoks yang ditulis  Zeno berasal dari Aristoteles, dimana Aristoteles  mengembangkan dan menolak sebagian paradoks tersebut.
    Zeno juga dikenal sebagai salah seorang contoh pertama dalam anti logika. Paradoks-paradoks yang paling banyak mengusik dan membingungkan para pemikir semenjak dua millennium yang lalu adalah karya-karyanya: 1. Kura-kura dan Achilles,  2. Gerakan anak panah, dan 3. Argumen dikotomi.
    1.      Kura-Kura dan Achilles
    Achilles adalah nama seorang kesatria pada perang Troya. Dalam mitologi Yunani disebutkan bahwa dia berlomba lari dengan kura-kura, tetapi Achilles tidak dapat mengalahkan kura-kura. Untuk menjelaskannya maka digunakan angka-angka paradoks. Ketika Achilles berlari dengan kecepatan 1 meter per detik, kura-kura berjalan dengan kecepatan setengahnya, ½ meter per detik. Akan tetapi, kura-kura memulai pertandingan hanya menempuh separuh  jarak yang harus ditempuh. Yakni, jarak yang seharusnya ditempuh dua kilometer, tetapi kura-kura mengawalinya pada posisi 1 km, sedang Archilles pada titik 0 km. Kura-kura telah mulai berjalan ketika Achilles mencapai tempatnya. Pada saat Achilles telah menempuh jarak 1 kilometer, kura-kura telah berada pada posisi 1,5 kilometer. Ketika Achilles berada di posisi 1,5 kilometer, kura-kura berasa pada posisi 1,75 kilometer. Ketika Achilles berada pada posisi 1,75 kilometer, kura-kura berada pada posisi 1,875 kilometer. Lalu pada posisi berapa kilometerkah Achilles dapat menyusul kura-kura?. Zeno menyatakan bahwa ruang dan waktu adalah sebuah kesinambungan, sehingga jika ada gerakan, maka akan ada gerakan yang sama. Tidak sebagaimana pendapat orang-orang pada umumnya, Zeno juga menyatakan bahwa Achilles tidak akan dapat melewati  kura-kura karena ada tahapan tak terbatas.
                Siapa saja tentu akan berpendapat bahwa Achilles pasti dapat mengalahkan kura-kura.  Akan tetapi menurut Zeno, Achilles tidak akan pernah dapat menyusul kura-kura. Bahkan, para filsuf pada zamannya juga tidak mampu menjelaskan paradoks tersebut. Padahal, mereka tahu bahwa kesimpulan tersebut salah. Sesungguhnya para filsuf hanya mengandalkan logika. Dalam kasus ini, deduksi sama sekali tidak berguna.  Bagi para filsuf, persoalan tersebut sungguh  sangat membingungkan, tetapi mereka tidak mampu membongkar permasalahannya, yakni masalah ketidakterhinggaan. 

    2.      Gerakan anak panah
    Zeno menceritakan bahwa anak panah dapat melesat terbang karena dilepaskan dari busurnya. Dan pada waktu tertentu, anak panah tersebut dalam keadaan diam dan tidak diam. Jika waktu tidak dapat dibagi, maka anak panah tidak akan dapat bergerak. Oleh karena waktu tersusun dari satuan saat, maka anak panah tidak dapat bergerak pada  suatu saat tertentu, tidak dapat bergerak pula pada waktu tertentu. Dengan demikian, anak panah selalu diam. Kapan saja, anak panah yang melayang tentu menuju pada suatu tempat tertentu, tetapi sebenarnya dia tidak benar-benar bergerak. 

    3.      Argumen dikotomi
    Menurut Zeno, sesungguhnya sebuah ruang kosong yang menimbulkan jarak tertentu, jarak tersebut tidak terbatas, karena masih dapat dibagi lagi ke dalam jarak-jarak yang tidak terbatas jumlahnya. Karena, jarak tertentu tersebut masih dapat dibagi lagi menjadi titik-titik yang tidak akan pernah habis. Jika gerak itu memang ada, maka pelaku gerak yang akan menempuh suatu jarak tertentu, terlebih dahulu harus menempuh setengah jarak dari jarak tersebut, sehingga menuju titik yang tidak terbatas, dan orang yang bergerak itu tidak akan sampai di garis akhir dari jarak yang akan ditempuhnya. Dengan demikian, gerak tersebut merupakan hal yang mustahil. Zeno juga menyatakan bahwa benda yang bergerak terlebih dahulu harus bergerak setengah jarak dari jarak yang akan ditempuhnya, baru setelah itu jarak sisanya. Maka jika sebuah titik bergerak dari posisi 0 ke posisi 1 pada garis bilangan, maka posisinya mencapai 1/2, selanjutnya 3/4, selanjutnya 7/8 dan seterusnya. Dalam tahap n, maka akan berada pada posisi 1 - 12n. Dengan demikian, tidak ada n hingga 1 - 12n= 1. Dengan demikian, gerakan titik tidak akan pernah berada pada posisi 1. Namun demikian, hal ini tidak dapat melalui angka-angka tidak terhingga berhingga. Dengan demikian tidak ada gerakan, dan gerakan dari 0 ke 1 merupakan sifat khusus dari gerakan apa saja.
    Pendapat Zeno tersebut selama 20 abad lebih tidak dapat dipecahkan secara logis, dan baru dapat dipecahkan setelah para ahli matematika merumuskan definisi limit dari hitungan tak terhingga. Para filsuf dan ahli matematika juga telah banyak memperdebatkan tentang sifat paradoks tersebut, baik dari sudut pandang metafisika maupun matematika.
    Adapun penjelasan Plato tentang paradoks-paradoks tersebut dapat ditemukan dalam dialog Parmenides dari Elea, yang ditulis ketika Plato mengunjungi Parmenides dari Elea dan muridnya, Zeno, yang juga dari Elea. Dari penjelasan Plato tentang Parmenides dari Elea, Zeno, dan Socrates, diperkirakan bahwa Zeno lahir sekitar 490 SM. Dalam Dialogue Parmenides dari Elea oleh Plato, Socrates tampak seperti seorang pendengar yang masih muda dalam pelajaran pertama yang diberikan oleh Zeno mengenai paradoksnya di Athena.
    Zeno berargumen bahwa semua paradoks-paradoksnya bertujuan untuk menunjukkan tidak konsistennya  kepercayaan umum bahwa ada beberapa benda. Plato juga mengklaim bahwa apa yang dilakukan Zeno hanyalah meniru Parmenides dari Elea, tetapi mengubah bentuknya sehingga  mengelabui orang-orang bahwa dia telah mengatakan sesuatu yang sama sekali berbeda dari yang dikatakan Parmenides. Dia menyatakan bahwa jika Parmenides dari Elea menyatakan bahwa segala sesuatu itu satu, Zeno mengklaim bahwa tidak ada beberapa benda yang pada hakikatnya memiliki sifat yang sama.
    Sedangkan Aristoteles menyatakan bahwa paradoks Zeno selalu diulas dan ditulis kembali  oleh orang-orang yang menyunting karyanya sehingga sulit untuk mengatakan mana yang asli dan mana yang telah ditulis kembali oleh penulis lainnnya. Paradoks tentang gerak, yang terdapat dalam pemikiranfisika Aristoteles, tidak memiliki kaitan langsung dengan thesis yang dipegang banyak orang bahwa seluruh karya Zeno adalah mempertanyakan keyakinan umum bahwa ada beberapa benda. Namun dapat dikatakan, berdasarkan paradoks yang dijelaskan oleh Aristoteles, bahwa jika semua itu merupakan karya Zeno, maka tentu akan mempertanyakan pluralitas maupun gerakan.
                Thomas Aquinas, filsuf abad 13, mengulas komentar Aristoteles mengenai paradoks Zeno, dengan berargumen bahwa waktu tidak terjadi dengan cara seketika. Bertrand Arthur William Russel setuju dengan pernyataan Zeno bahwa dalam sebuah durasi yang tidak seketika, sebuah benda hanya dapat diam di dalam ruang angkasa, tetapi dia menyanggah bahwa apa yang terjadi di antara dua momentum tersebut  berdasarkan kenyataan bahwa benda yang melayang di ruang angkasa itu bergerak.

    No comments:

    Post a Comment

    Most Popular

    Featured Post

    Kisah Cinta Habibie-Ainun

    Nama lengkapnya adalah Hasri Ainun Besari, namun kemudian lebih dikenal sebagai Ainun Habibie. Dia adalah perempuan yang selalu ada d...

    Fashion

    Beauty

    Travel