KEUNIKAN ARSITEKTUR MASJID AGUNG DEMAK
MASJID Agung
Demak ini didirikan oleh Walisongo. Sangat mungkin dibangun tahun 1479, karena
adanya sangkalan bergambar kura-kura
yang terpahat pada mimbar masjid tersebut. Lebih fantastik lagi, karena menurut
cerita hanya dibangun dalam tempo satu malam.
Tinggi masjid
17,45 meter. Pada mulanya hanya 13,25 meter. Pada tahun 1925 mulai mendapatkan
perluasan. Serambi depan dibangun guna menampung kian banyaknya jemaah yang
datang. Tetapi ternyata masih juga kurang. Lalu delapan tahun berikutnya, 1933,
dibangun lagi sebuah bangunan baru yang di depan serambi, sehingga Lawang
Kembar yang terbuat dari jati berukir-ukir sebagai ruang pembatas lalu berada
di dalam serambi masjid.
Diatas serambi
itu dibangun kubah putih yang besar, bergaya India. Di seputarnya dihiasi
dengan kaligrafi-kaligrafi Arab, yang
menyebut nama hampir semua sahabat Nabi Muhammad. Sementara itu, komplek masjid
mempunyai banyak gerbang. Di dalam masjid ada Kori Agung, juga di sisi barat,
timur dan uatar. Bahkan di belakang masjid pun ada gerbangnya.
Nama Al Aqsa
bagi masjid itu ada hubungannya dengan Jerusalem.
Rupanya nama itu di ambil dari sana. Bukankah Masjid Al Aqsa ada di sana?
Sedangkan kota Kudus, juga diduga diturunkan dari sana. Yaitu dari kata Baitul Maqdis atau Al Quds yang lalu menjadi Kudus.
Akan halnya
menara Masjid Al Aqsa ini memang tidak
ada duanya di negeri ini atau bahkan di seantero dunia. Ia lebih mirip dengan
candi ketimbang menara. Dalam menara ini pula bedug berada. Jadi tidak di dalam
masjid seperti pada umunya. Kaki menaranya, persegiempat sama sisi. Pintu masuknya
dibuat agak menjorok keluar. Menara ini terbagi dalam tiga bagian. Kaki, tubuh,
dan puncak menara. Atapnya, dulu terbuat dari lempung. Tetapi karena rusak,
lalu diganti dengan seng.
Di paling atas,
di puncaknya, terbuat dari emas murni yang diberi tangkai kaca. Tingginya 33
sentimeter dengan berat 32 kilogram. Emasnya setinggi 19 sentimeter. Luas
lingkarannya 13 sentimeter. Dari sini terlihat bahwa telah terjadi sinkritisme.
Barangkali, karena dulu Sunan Kudus tidak mau menggusur kebudayaan Hindu begitu
saja. Beliau tetap bertenggang rasa. Dan hasilnya, bukannya bergaya Arab atau
Timur Tengah. Melainkan “bergaya Jawa”, ciptaan Sunan Kudus sendiri.....*
Arsitekturnya,
juga tak ada yang menyamai keunikannya. Sebab merupakan antara campuran Hindu
dan Islam yang menyatu. Atapnya terbuat dari kayu jati. Bertingkat tiga.
Sementara pintu masuknya ada lima buah. Jendelanya, enam buah. Konon lima
lambangnya rukun Islam dan enam rukun Iman.
Akan tetapi
mengapa ukiran kura-kura terdapat di sana sementara kura-kura adalah binatang
yang di haramkan? Sementara orang mengatakan karena pengaruh budaya Cina yang
telah ikut ambil bagian di zaman itu.
Misalnya, adanya serambi dalam denah rumah. Kabarnya ini dipengaruhi oleh kelenteng
Cina yang selalu tak meninggalkan adanya serambi.
Akan tetapi ada
ahli sejarah yang mengatakan bahwa masjid ini dibangun tahun 1428. Pernyataan
itu didasarkan pada adanya gambar petir yang terdapat pada pintu masuk, yang
diartikan sebagai Naga Salira Warni. Malahan tidak hanya karena ini saja.
Tetapi juga ditunjang oleh adanya tulisan yang bebunyi. Hadegipun masjid jasanipun para wali nalika tanggal tanggal 1Dzulkaidah
1428 (1501M) pada pintu depan masjid. Dan pembangunannya dilakukan saat
pemerintahan Raden Patah atau Sultan Demak II.
Masjid ini,
dicatat juga sebagai cikal bakal berkembangnya agama Islam di Jawa. Para alim
ulama dan kiai-kiai dulu mulai belajar di sini. Kemudian mereka menyebarluaskan
di daerah masing-masing. Oleh sebab itu, masjid ini dianggap yang paling tua.
Lebih dari itu keempat sokogurunya (tiang utamanya) dibuat oleh empat orang
sunan. Yakni Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang dan Sunan Kalijogo.
Sunan Kalijogo pulalah yang menjadi ketua pendirian masjid tersebut.
Di bagian
belakang masjid ini terdapat makam yang dikeramatkan, yakni makam Raden Patah
yang diselubungi dengan kelambu dan berpagar ukir-ukiran kayu indah.
No comments:
Post a Comment