MASJID AGUNG PAYAMAN DI MAGELANG: Konon Jendral Sudirman Menyempatkan Sholat Di
Masjid Ini Sebelum Terjun Perang dalam Pertempuran Ambarawa
MASJID Agung
Payaman terletak di pinggir jalan raya dari Magelang ke Secang, Kabupaten
Magelang. Masjid ini tak bernama. Namun orang sudah terlanjur menyebutnya
demikian. Masjid ini tidak pernah sepi,
terbuka siang malam 24 jam siap menunggu siapa saja.
Tujuhpuluh tahun
lalu di sana terdapat dua orang kiai yang tersohor. Yakni Kiai Haji Syirod dan
Kiai Haji Dalhar. Akan halnya KH Dalhar, berasal dari Pesantren Watucongol,
Magelang, yang juga sudah cukup terkenal sejak dulu. Tetapi memang sudah sejak
zaman Belanda dulu kegiatan keagamaan yang tidak jarang jemaatnya menumpahi
jalan raya ini, tak pernah diusik oleh Belanda.
Kabar burung
mengatakan, semuanya ini bisa berlangsung berkat hubungan antara para umaroh
dan ulama sangat baiknya. Ketika itu Magelang di bawah pemerintahan Bupati R.
Danuningrat. Sementara ulamanya dibawah KH Syirod. Nah sejak itulah semuanya
berjalan dengan tertib dan lancar. Itulah pula sebabnya Jendral Sudirman ketika
mau menyerbu kota Ambarawa menyempatkan mampir bersembahyang di masjid ini.
Masjid ini tidak
terlalu besar. Hanya menampung sekitar 300 jemaah di kala bulan Ramadan. Tetapi
yang datang sehari-hari tak pernah berhenti, karena selalu saja adanya kegiatan
agama di sana. Ya, salat, mendengarkan ceramah, berdoa, mengaji dan sebagainya.
Ruangan tengahnya hanya 10 kali 10 meter.Tetapi kemudian
dilengkapi dengan serambi depan, kanan dan kiri. Serambi depannya, malahan
lebih besar. Berukuran 14 kali 10 meter dan berkubah di atasnya. Perbaikan-perbaikannya
terus berlangsung manakala terlihat adanya kekurangan/ kerusakan.
Oleh karena
banyaknya para jemaah yang datang dari lain kota yang ingin salad berjamaah di
sana berminggu-minggu lamanya (40 hari), maka dampaknya adalah banyaknya rumah
penduduk disewa oleh mereka, serta kian suburnya tempat-tempat makan dan
belanja. Memang pihak masjid telah mengusahakan adanya semacam asrama. Tetapi
toh tidak cukup juga. Celakanya lagi, ada di antara mereka yang enggan pulang
kembali ke kampung asalnya.
Itulah Masjid
Agung Payaman yang cukup terkenal bukan karena masjidnya, tetapi karena daya
tariknya yang mampu mengundang jemaah selama 24 jam dari berbagai penjuru tanah
air. Mereka datang seperti laiknya pergi haji. Mereka merasa setingkat lebih
berarti sepulangnya dari Payaman, kota kecil yang sebenarnya sunyi itu.
No comments:
Post a Comment