SEJARAH DAN KEUNIKAN MASJID PURO PAKUALAMAN (DI
YOGYAKARTA)
MASJID ini
terdapat di kauman, Kecamatan Paku Alam, kota Yogyakarta. Didirikan oleh Sri
Paku Alam II, atas saran Paku Alam I. Masjid ini didirikan setahun
setelah usianya perang Diponegoro (1831). Kejelasannya, bisa dibaca pada
prasasti yang terdapat di dinding serambi masjid, yang ditulis dengan huruf
Jawa dan Arab.
Sri Paku Alam I
atau Pangeran Notokusumo, wafat pada tahun 1829. Jadi setahun sebelum usianya Perang Diponegoro. Dua tahun
berikutnya, batulah KRT Notodiningrat atau Sri Paku Alam II memulai pembangunannya.
Sri Paku Alam II ini berkuasa atas
daerah Kadipaten Paku Alam, Kadipaten Karang Kemuning, dan Kadipaten Kulon
Progo. Adapun Kadipaten Paku Alam ini, kini menjadi Kecamatan Paku Alam.
Bersamaan dengan
berdirinya masjid ini, Belanda mengadakan perjanjian dengan Sri Paku Alam II.
Ini perjanjian politik, yang tentu saja memperketat wilayah kekuasaannya.
Tetapi Sri Paku Alam II berkuasa selama 28 tahun. dari Tahun 1830 sampai 1858.
Namun beliau tercatat
pula sebagai seniman ulung. Ahli gending, gamelan dan pencipta beberapa
sendratari Jawa.Lebih dari itu,
beliau juga menulis buku Serat Baratayuda
dan Serat Dewaruci yang menjabarkan kalimat-kalimat
sahadat dan sifat-sifat Allah yang 20 itu. Sebagai putra kelahiran tahun 1786,
beliau mewariskan tarian-tarian Beksan Baratayuda; Lawung Ageng; Gadung Mlati;
Ladrang; Inum; dan Puspa Warna.
Masjid Paku Alaman
ini berbentuk segi empat. Dulu di halamannya terdapat kolam yang luas. Tetapi
sekarang sudah tiada, dan di ganti dengan serambi guna menampung kian banyaknya
para jemaah.
Bermula sebagai
masjid yang sederhana, persegi empat dan berserambi sempit, lalu serambinya
diperluas ke kiri dan ke kanan. Bahkan juga kedepan, menggantikan bekas kolam.
Didalam masjid terdapat mihrab atau pengimaman yang berkerai sebagai pelindung
bagi Sri Paku Alam jika sedang bersembahyang disana.
Masjid ini sudah
mengalami renovasi berulang-ulang. Pada saat Paku Alam VII dan VIII, telah
mendapatkan pembaharuan-pembaharuan yang sangat berarti. Hal ini bisa dibaca
pada prasasti yang terdapat di pintu timur, dengan huruf Arab dan Jawa yang
memuat catatan-catatan sejak berdirinya masjid lengkap dengan masa-masa
perbaikannya.
Dari Condrosangkolo-nya,
bisa diketahui bahwa masjid telah didirikanya tahun 1767, diresmikan oleh Gusti
Pangeran Aryo Rider Paku Alam II. Dibantu oleh Patih Raden Rio Natareja dan
Penhulu KH Mustanal. Sedangkan puncak masjidnya berbentuk mahkota.
Masjid ini
bercat kuning. Di dalamnya terdapat mimbar keraton, tiga buah lampu gantung
yang indah dan tujuh buah kipas angin. Induk masjid memiliki luas 144 meter
persegi. Bangunan masjid di sangga oleh 12 tiang jati. Sementara itu dibagian
barat terdapat juga ruang perpustakaan, almari-almari dan sebuah beduk. Sedangkan
di bagian timur terdapat 12 tiang tanpa tembok. Dinding masjid setinggi satu
setengah meter, dilapisi dengan tegel keramik. Sementara tiga buah pintu induk
masjid terbuat dari kayu jati yang tebal.
No comments:
Post a Comment