Saladin
Panglima Terbesar Islam di
Perang Salib
Dikenal sebagi
panglima dan pahlawan Islam terbesar dalam Perang Salib, ahli strategi, orang
yang santun dan penuh toleransi. Dia juga seorang pemimpin umat yang besar.
Saladin lahir dari keluarga Kurdi di Tikrit dekat
sungai Tigris (sekarang bernama Irak) pada tahun 1127 dengan nama Salahidun
Yusuf Ibn Ayyub. Saldin adalah Sultan Muslim Mesir, Syiria, Yamen dan Palestina
dan dia pendiri dinasti Ayyubid. Namanya menggema di dunia khususnya Eropa saat
kemenangan besarnya saat berhasil merebut kota Yerusalem pada tanggal 2 Oktober
1187 dalam Perang Salib. Kemenangan itu sekaligus mengakhiri pendudukan bangsa
Franka atas Yerusalem setelah berkuasa selama 88 tahun.
Pada malam kelahirannya dia bersama keluarga besarnya
pindah ke Aleppo karena Ayahnya, Naj al-Din Ayyub, bertugas melayani ‘Imad
al-Din Zangi Ibnu Aq Sonqur yang merupakan gubernur Turki di Syiria bagian
utara. Saladin adalah pemuda cerdas yang minatnya lebih ke belajar agama
daripada militer. Ia memulai kariernya saat bergabung sebagai staf pamannya
Asad al-Din Shirkuf. Pamannya itu adalah seorang komandan militer di bawah Emir
Nur al-Din yang merupakan putra dan pengganti Zangi. Dari situ kariernya
berkembang pesat.
Selama sepuluh tahun ia berguru pada Nur ad-Din
(Nureddin). Pada tahun 1160, ia dikirim
ke Mesir untuk menghadang perlawanan Kalifah Fatimiyah. Ia sukses dengan
misinya yang membuat pamannya duduk sebagai wakil di Mesir pada tahun yang
sama. Di tahun 1169, Saladin ditunjuk sebagai komandan pasukan Syiria di Mesir
dan sekaligus menjadi menteri utama kekhalifahan Fitimid yang ada di sana. Ia
pun memperbaiki perekonomian Mesir, mengorganisasi ulang kekuatan militernya,
dan mengikuti anjuran ayahnya untuk tidak memasuki area konflik dengan Nur ad
Din.
Sepeninggal Nur ad Din, barulah ia mulai serius
memerangi kelompok Muslim sempalan dan pembrontak Kristen. Dia bergelar Sultan
di Mesir dan menjadi pendiri Dinasti Ayyubi serta mengembalikan ajaran Sunni ke
Mesir.
Saladin di Perang Salib
Saladin terkenal sebagai panglima
besar dan penuh toleransi dalam Perang Salib. Saat Nur ad din masih hidup,
Saladin mendapat dua invasi dari pasukan Kristen Yerusalem yaitu pada tahun
1171 dan 1173. Nur ad Din pada waktu itu berniat untuk membalas serangan
mereka, namun Saladin berpendapat bahwa mereka harus kuat dulu. Setelah
meninggalnya Nur ad Din, Saladin menjadi penguasa Damaskus. Ia menikahi janda
Nur ad Din dan menaklukkan dua kota penting Aleppo dan Mosul yang dulu selalu
gagal ditaklukkan Nuraddin. Dia dikenal sebagai pemimpin yang bersahaja dimana
sedapat mungkin meminimalisirkan pertumpahan darah.
Saat menaklukkan Aleppo pada tanggal 22 Mei 1176,
nyawanya nyaris melayang karena usaha pembunuhan. Ia melakukan konsolidasi di
Suriah sambil sebisa mungkin menjaga agar jangan sampai terjadi perang dengan
pasukan. Saat Raynald of Chatillon mengusik aktivitas perdagangan dan
perjalanan ibadah haji di Laut Merah, wilayah yang menurut Saladin harus selalu
menjadi wilayah bebas, Saladin tetap belum bereaksi. Namun ketika rombongan
karavan jamaah haji tahun 1185 diserang, Saladin tak kuasa menahan amarahnya.
Pada bulan Juli 1187, Saladin
menyerang Kerajaan Jerusalem dan terlibat dalam pertempuran Hattin. Ia berhasil
mengeksekusi Raynald dan rajanya, Guy of Lusignan. Akhirnya kota Yerusalem bisa
direbut pada tanggal 2 Oktober 1187 yang menandai berakhirnya kekuasaan kaum
Salib setelah 88 tahun berkuasa. Berbagai medan pertempuran dilaluinya, dengan
satu pesan yang sama kepada pasukannya; minimalkan pertumpahan darah, jangan melukai
wanita dan anak-anak.
Perebutan Yerusalem oleh Saladin
memunculkan Perang Salib III. Perang salib III ini melibatkan raja-raja dari
tiga negeri ke kancah pertempuran. Besarnya usaha Kristen dan banyaknya kesan
yang ditinggalkan telah membuat nama Saladin termasyur sebagai musuh yang gagah
dan sangat sopan. Perang Salib III ini banyak menelan biaya dari kubu Kristen. Inggris
mengucurkan dana bantuan yang dikenal dengan istilah ‘Saladin Tithe’ (Zakat
melawan Saladin).
Tahun 1191 Saladin pernah berhadap-hadapan
dengan King Richard I dari Inggris di medan perang Arsuf tahun 1191. Di luar
perkiraan kedua pasukan, Saladin dan King Richard I saling berjabat tangan dan
menghormat satu sama lain. Bahkan saat tahu pimpinan pasukan musuhnya itu
sakit, Saladin menawarkan bantuan seorang dokter terbaik yang dimiliki
Damaskus. Begitu juga saat tahu Richard kehilangan kuda tunggangannya, ia
memberikan dua ekor sebagai gantinya. Di medan itu, keduanya sepakat berdamai.
Wafatnya Saladin
Pada bulan
Oktober 1192 pertempuran berakhir dan Raja Richard meninggalkan Timur Tengah.
Saladin pun kemudian mundur ke Damaskus. Tak lama setelah itu dia pun wafat
pada tahun 1193 di Damaskus.
Saladin
tidak mempunyai harta yang banyak karena ia selalu mendermakan hartanya kepada kaum
yang membutuhkan. Bahkan, keluarga dan sahabat-sahabatnya tidak menemukan cukup
uang untuk membiayai pemakamannya. Namun, makamnya sekarang menjadi salah satu
tujuan wisata di Suriah. Nama Saladin sangat harum di dunia dan sangat
dihormati baik dari golongan muslim dan non-muslim.
Dan satu
hal yang pasti terkenang akan murah hatinya Saladin. Setelah menguasai
Yerusalem, Saladin memberikan amnesti dan kebebasan pada kaum Kristen setelah
sebelumnya pasukan Salib melakukan penyembelihan besar-besaran pada orang
muslim di Yerusalem.
No comments:
Post a Comment