Mereka Diberi Kesempatan Kedua: Kisah Perjuangan Hidup
Augie Fantinus
Kamis
18 Oktober merupakan kejadian yang membuatnya Augie bersyukur atas karunia
Tuhan atas diberinya kesempatan yang kedua kalinya untuk menghirup kehidupan
dunia ini. Kejadian itu bermula saat Augie Fantinus (33) bersama tim basketnya Happy
Ballers yang beranggotakan sesama selebritas seperti Mario Lawalata, Samuel
Rizal, Udjo, Yosi P-Project, Bams Samson dan lainnya membuka acara dengan joget
Gangnam Style. Saat itu Augie tampil begitu bugar dan bersemangat dengan
mengenakan seragam basket. Augie memang dikenal sebagai presenter yang lucu,
menghibur sering memancing tawa dan rasa gemas orang-orang disekelilingnya.
Pertandingan
basket pun dimulai. Augie yang sejak kecil hobi bermain basket begitu gigih
memasukkan bola ke dalam keranjang diselingi dengan tingkah lucunya sehingga
membuat penonton tertawa. Baru dua menit pertandingan dimulai saat ia sedang
mendribel bola di lapangan, tiba-tiba Augie merasa ada yang menusuk dada
kirinya. Tapi ia tidak mempedulikan dan yakin bahwa sakit di dadanya itu akan segera
hilang. Sambil terus memegang dadanya ia fokus pada pertandingan. Namun
langkahnya terhenti pada dua menit sesudahnya. Seketika tubuhnya kehilangan
tenaga. Wajahnya membiru, nafasnya berat, dadanya semakin sesak. Tangan kirinya
pun kram dan kesemutan.
Ia pun minta pergantian
pemain. Badannya terasa lemas tidak kuat berdiri dan duduk, inginnya hanya
tiduran. Teman-teman satu timnyya menghampiri dan menganjurkan Augie untuk
dibawa ke rumah sakit. Melihat kondisi Augie, Jul menyarankan agar Augie
batuk-batuk agar keadaan membaik. Ia pun mengikuti sarannya dan merasa lebih
lega. Tapi sakit di dada kirinya masih dan membuatnya sesak. Augie langsung diangkat oleh panitia dan
rekan-rekannya dibawa ke klinik sekolah. Disana diberi oksigen dan juga obat
pertolongan pertama untuk membuka pembuluh jantung. Tak lama kemudian ia
dilarikan ke Rumah Sakit Royal Utama, Daan Mogot, Jakarta.
Sesampai
di rumah sakit, ia diperiksa di UGD, diinfus dan jantungnya langsung diperiksa.
Hasil sementara jantungnya memang bermasalah. Saat itu Jul langsung menghubungi
ibunda Augie. Ibunya merasa kaget dan mengamanatkan untuk dipindah ke rumah
sakit Medistra, Jakarta. Perjalanan menuju RS Medistra merupakan saat-saat yang
mendebarkan bagi kehidupannya. Ini merupakan pengalaman pertama kali berada di
ambulans bersama dokter dan suster serta suara ambulans.
Dadanya yang masih terasa
tertusuk dan nafasnya dibantu oksigen. Deru laju ambulans diiringi suara sirine
membuatnya merasa tidak nyaman. Ditambah dengan suara klakson bersahutan yang
menyadarkan dirinya berada di dalam kemacetan lalu lintas. Perasaanya semakin
cemas jika tidak segera sampai rumah sakit,
sedang bapak, ibu dan keluarganya berada di Bandung khawatir tidak
sempat bertemu dengan mereka. Ia takut hidupnya tidak lama lagi apalagi kalau
mengingat ucapan dokter jika jantungnya tidak segera ditangani maka ia tidak
bisa selamat. Ditengah kegalauannya itu
ia hanya bisa memasrahkan kepada Yang Maha Kuasa.
Sesampainya
di Medistra, Augie langsung dibawa ke ruang pemeriksaan angio untuk dilakukan
tindakan kateter (pemeriksaan jantung untuk mengetahui masalah yang terjadi
pada jantung pasien) dan penyinaran X-ray pada jantungnya hal ini dilakukan
jika ada penyempitan pada pembuluh darah maka akan dilakukan pemasangan ring.
Tapi dugaan itu meleset, dokter mengatakan ada pembekuan darah di pembuluh
jantung yang membuat oksigen tidak bisa masuk ke jantung. Darah yang menggumpal
dalam tubuh Augie segera dibersihkan dan diberikan obat pengencer darah dalam
waktu 24 jam. Keadaannya membaik kemudian dimasukkan ke ruang ICCU.
Esoknya
pukul 06.00 Augie mendapat serangan kedua. Kakak Augie, Aldo segera memanggil
dokter. Setelah dilakukan pemeriksaan dokter merasa ada yang aneh. Jika melihat
grafik di monitor detak jantung berjalan normal yang seharusnya tidak ada
keluhan. Dokter memberikan obat penghilang rasa sakit melalui infus sambil
darah terus diencerkan dan terus dilakukan pemantauan.
Pada
pukul 20.00 dilakukan tindakan kateter tapi gagal lagi. Dokter mengatakan ada
yang aneh. Darah Augie sudah kembali membeku dan menutup pembuluh jantung
padahal sudah diberi oebat pengencer darah untuk 24 jam. Dokter kembali
melakukan observasi, akhirnya diambil kesimpulan bahwa ada masalah dengan darah
Augie. Darahnya kental dan cepat membeku.
Obat
pengencer darah juga diberikan melalui injeksi di perut selain diminum. Untuk
ukuran normal INR (keenceran darah) berada pada 1.3 hingga 1.5, tapi bagi Augie
kekentalan darah dikatakan normal jika berada pada angka 2 hingga 3. Selama 12
hari Augie dirawat di rumah sakit. Karena kekentalan darahnya normal (2.8) ia
diperbolehkan keluar rumah sakit dan melakukan perawatan dirumah. Ibunda Augie
merasa bahagia atas kepulangan anaknya, ia terus memberi nasehat kepada Augie
agar makan teratur, minum obat teratur dan jangan terlalu lelah.
Setelah
tiga hari kepulangan dari rumah sakit, Augie dikejutkan kembali dengan darah
yang memenuhi bajunya saat bangun tidur. Ibunya sangat panik melihat baju
putranya penuh darah. Segera Augie dibawa ke rumah sakit. Setelah diperiksa
ternyata darahnya terlalu encer, kekentalannya 3.4. Ini karena efek dari obat
pengencer. Untuk itu dokter menyuruh untuk menghentikan pemakaian obat
pengencer darah. Di hari ketiga ia tidak mengeluarkan darah saat tidur, diketahui kekentalan darahnya 2.0
berada di garis normal.
Empat
hari setelah itu, ia memeriksakan kembali jantungnya. Hasilnya kondisi
jantungnya sehat dan pompa jantungnya juga bagus. Meski begitu dokter
menyarankan untuk tetap harus melakukan pemeriksaan. Kelegaan Augie semakin
bertambah dengan berkurangnya dosis obat pengencer yang semula 3 tablet sehari
berkurang menjadi 2 tablet. Dua minggu kemudian Augie melakukan pemeriksaan INR
dan hasilnya bagus. Tapi Augie masih merasa aneh kenapa setiap pagi masih
keluar darah. Darah terus saja keluar dari gusi meski kekentalan berada di
ambang normal. Untuk menjawab kekhawatiran dan kegelisahannya itu, ia mencari second
opinion dengan memeriksakan diri ke Singapura.
Augie menjalani pengobatan di Singapura selama
sepuluh hari. Hasil pemeriksaaan mengatakan bahwa keluarnya darah dikarenakan
infeksi pada gigi dan gusi gerahamnya. Dokter menyarankan untuk segera
dilakukan operasi gigi untuk menghentikan pendarahan. Operasi dilakukan setelah
seminggu berada di Singapura karena harus menetralkan darah yang terlalu encer.
Dokter menyarankan agar Augie selalu menjaga kesehatannya. Jangan sampai
terjadi serangan ketiga. Jika terjadi lagi pembekuan baik di jantung, otak atau
organ lainnya nyawanya bisa tak tertolong. Setelah dilakukan operasi keadaan
Augie semakin membaik. Ia jadi mengetahui bahwa kekentalan darah ini genetik.
Augie jadi ingat waktu kecil saat berumur 7 tahun pernah mengalami pembekuan
darah di otak yang membuatnya lumpuh sebelah sehingga harus melakukan terapi
berjalan.
Ia
percaya bahwa cobaan ini merupakan kasih sayang Tuhan. Ini terjadi karena atas
kehendakNya dan untuk kebaikan dirinya. Ketika kamis sore ia mendapat serangan
jantung. Pada hari itu juga ia langsung ditangani oleh dokter ahlinya karena
esoknya dokter harus ke Amerika. Sedang Augie pada hari jumatnya harus ke Bali
untuk mengisi acara. Ia sangat bersyukur kejadian itu sebelum dia berangkat ke
Bali bagaimana jadinya jika pada saat berada di pesawat. Ini menunjukkan bahwa
Tuhan sudah mengatur semuanya. Kejadian ini dianggapnya sebagai cara Tuhan
untuk memberikan kesempatan hidup kedua kalinya.
Semenjak
sakit bobotnya menyusut 5 kg. Menurut Augie kekentalan darah yang ia alami
seperti polisi yang mengingatkan agar lebih dekat dengan Tuhan dan keluarga. Ia
jadi lebih memperhatikan pola makan, istirahat dan menjaga darah agar terus
normal. Namun kondisi fisiknya saat ini membuatnya tidak diperbolehkan
melakukan hobi bermain sepak bola dan basket. Bagi Augie ini merupakan hal
berat tapi ia harus rela menerimanya demi kesehatannya.
Namun, setahun kemudian
dari kejadian itu, ternyata Augie tidak kapok bermain basket lagi. Serangan
jantung yang pernah dirasakannya itu tidak membuatnya trauma. Untuk menjaga
kesehatannya ia rajin memeriksakan diri ke dokter. Setelah diketahui memiliki
riwayat penyakit jantung, ia disarankan oleh dokter untuk mengkonsumsi obat
tertentu untuk menjaga kesehatan jantungnya.
Menurut
dr. Aru W. Sudoyo, KHOM, FINASIM, FCAP ahli penyakit dalam FKUI bahwa
kekentalan darah ini terjadi akibat kurangnya trombosit (zat yang berperan
dalam pembekuan darah) dalam darah. Akibatnya darah mudah lekat antara satu
dengan lainnya. Kekentalan darah bukanlah penyakit melainkan genetik sehingga
tidak ada obat yang bisa mengobatinya. Salah satu cara yang bisa dilakukan
adalah mengencerkan darah dengan minum obat dalam jangka panjang.
Kekentalan
darah ini dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, tidak
menjaga kolesterol dalam tubuh dan stres dapat memicu tingginya resiko. Jika
orang memiliki kekentalan darah dan memiliki kebiasaan merokok atau memiliki
kolesterol tinggi maka darah akan semakin sulit mengalir. Hal ini dikarenakan
kolesterol yang menempel pada pembuluh darah akan membuat pembuluh darah
menyempit. Rokok dapat merusak pembuluh darah bagian dalam (endotel) yang
berperan mengaktifkan sistem pembekuan darah. Cara untuk mendeteksinya dengan
pemeriksaan darah khusus kekentalan darah atau Anticardioliphin antibodies
(ACA). Seluruh organ yang dilalui darah akan terkena dampak gangguan ini.
Pada mata menyebabkan kebutaan, pada telinga menyebabkan tuli, pada otak
menyebabkan stroke dan pada jantung menyebabkan serangan jantung tiba-tiba
hingga kerusakan katup. Pada perempuan kekentalan darah bisa menyerang organ
reproduksi. Akibatnya bisa memicu keguguran, kelahiran prematur dan
infertilitas.
No comments:
Post a Comment