The second chance's: Perjuangan Ira
Eframti Sari Melawan Tumor Ovarium
Masa
kecil adalah waktu yang paling indah untuk bermain dengan teman-temannya.
Mengekspresikan keceriaan di masa itu, karena belum adanya beban permasalahan
hidup. Ada ungkapan yang mengatakan “Masa Kecil Kurang Bahagia”. Itu sebagai gambaran
bahwa di masa kecil dia tidak mengeksplorasi keceriaannya, bisa jadi karena
faktor tekanan keluarga, tekanan ekonomi dan lain-lain. Tapi umumnya masa kecil
merupakan masa yang paling indah.
Tapi
tidak semua anak akan merasakan hal indah. Kadang mereka harus menerima banyak
tekanan hidup, terlahir dengan segala keterbatasan, tiba-tiba menderita
penyakit serius yang mendekatkan pada maut. Seperti sosok wanita ini, dulunya
pernah mengalami keadaan berada di titik tengah antara hidup dan mati. Dia pernah
tidak merasakan kehidupan hampir dalam satu bulan. Keadaan yang tidak sadarkan
diri / koma membuatnya dia tidak bisa melihat kehidupan dunia. Hanya nafas yang
mencirikan dia masih hidup. Tapi badan lemas tak sadarkan diri berbaring di
tempat tidur. Hanya slang yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk membantu dirinya
bisa bertahan hidup.
Ira
Eframti Sari di usianya yang masih muda 10 tahun (kelas 4 SD) menderita tumor.
Awalnya ada benjolan di bagian perut, kemudian di periksakan ke RS Sarjito,
Yogyakarta. Di rumah sakit ini analisis penyakitnya lama sekali karena
diperiksa dengan detail. Penyebabnya kata dokter adalah bawaan dari lahir, bisa
jadi sel yang tumbuh tidak maksimal. Sebelumnya dia tidak pernah menderita
penyakit yang serius. Kalau sakit hanya sakit biasa pada anak-anak seperti
pilek, batuk dan lain-lain. Kalau mengkonsumsi makanan yang mengandung micin
juga tidak terlalu banyak, masih kategori standar.
Diketahui
Ira menderita tumor di ovarium. Karena saat itu bulan puasa dan menjelang
lebaran, ia meminta mamanya agar periksanya dilanjutkan setelah lebaran. Karena
dia ingin merayakan lebaran dulu. Sore itu dia sempat ikut mengaji TPA,
kebetulan anak ini murid TPA penulis. Tak disangka Alloh berkehendak lain,
besoknya tiba-tiba dia mengalami kejang-kejang sehabis maghrib. Dimungkinkan
karena daya tahan tubuhnya sudah tidak mampu. Ira langsung dilarikan ke RS
Panti Rapih. RS ini meminta hasil diagnosa dari rumah sakit sebelumnya. Disana
langsung diambil tindakan operasi di bagian ovarium.
Setelah
dilakukan operasi, meskipun efek obat bius sudah hilang, dia mengalami koma
selama kurang lebih 28 hari. Waktu yang cukup panjang jika digunakan untuk
menunggu pasien. Saat koma itu perasaannya bagaimana, dia sama sekali tidak
tahu dan tidak bisa menceritakan ketika penulis menanyakan lebih detail. Karena
tidak sadarkan diri jadi dia tidak ingat apa-apa. Selama 28 hari itu, asupan
makan, minum dan BAB melalui slang.
Pasca
operasi kondisinya cukup kritis, waktu yang cukup mendebarkan. Untuk itu pihak
keluarga mengadakan doa bersama untuk kesembuhan anaknya tercinta. Selain itu
keluarga juga meminta doa-doa setiap perkumpulan bapak-ibu. Tak henti-hentinya
keluarga, kerabat, tetangga, keluarga TPA terus mendoakan kesembuhan Ira. Kami
tidak mengira adik yang masih cukup kecil ini sudah menderita tumor.
Setelah
melewati masa-masa kritis, ia menjalani 5 kali siklus kemoterapi dan 29 kali
penyinaran. Tujuannya untuk membunuh sel-sel yang masih ada. Menginap dua
minggu di Sarjito untuk kemoterapi, selanjutnya ada jadwal kemoterapinya.
Akibat dari kemoterapi rambutnya menjadi rontok. Dari tiap-tiap proses
menjalani pengobatan dia abadikan dalam foto. Selang sekitar 9 bulan, Ira
menjalani operasi yang kedua karena diduga masih ada tumor di dalam ovariumnya.
Tapi setelah operasi dilakukan ternyata tumornya sudah tidak ada, hanya usus
yang menempel di perut. Dan dinyatakan sembuh oleh dokter.
Dari
kejadian ini, ia bisa mengambil hikmah dimana masih diberi umur panjang dan
selalu bersyukur atas nikmatnya. Kini ia sudah memasuki bangku kuliah dan
sedang menjalani KKN. Tak menyangka waktu kecil pernah menderita sakit serius
dan kecil kemungkinan harapan hidupnya. Tapi berkat dan pertolongan Allah,
usaha dan doa yang mereka panjatkan sekarang dia bisa menghirup udara segar
bahkan bisa melanjutkan ke jenjang kuliah. Ini merupakan bonus dari Allah,
mungkin saat itu bisa hidup saja sudah bersyukur tapi Allah malah memberinya
lebih dengan bisa melanjutkan pendidikan untuk menggapai cita-citanya.
No comments:
Post a Comment